JAKARTA - Bencana alam telah menimbulkan kerugian finansial besar bagi Indonesia. Banyak infrastruktur rusak, korban luka hingga meninggal serta berhentinya aktivitas perekonomian. Sebagai negara yang masuk dalam jajaran Pasific Ring of Fire, Indonesia memang rentan terhadap bencana alam, khususnya, gempa bumi.
Mempertimbangkan hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengharapkan agar desain infrastruktur memperhitungkan risiko bencana alam tersebut. Dengan demikian, infrastruktur mampu mengurangi kerusakan akibat bencana alam.
"Kalau kita lihat ini sesuatu yg berulang, maka kita harus mendesain infrastruktur dengan memasukan aspek resiko bencana dalam desainnya, sehingga dia resilience," ujarnya di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (7/2/2018).
Baca Juga: Dana Pensiun Akan Digunakan untuk Biayai Pembangunan Infrastruktur
Sri Mulyani melanjutkan, tidak seharusnya masyarakat terkejut setiap tahun dengan adanya curah hujan, banjir, atau potensi bencana. Pasalnya kejadian tersebut terulang tiap tahunnya.
Sebaliknya, justru masyarakat harus memiliki kesiapan untuk menghadapi kondisi itu.
"Kita harus hidup dengan memasukan potensi risiko ini hadir di negara kita dan bagaimana kita bisa mendesain program pembangunan yang tetap berdaya tahan, karena kita tahu bencana ini bisa menimbulkan dampak sosial, maupun ekonomi, dan dampak yang sifatnya nonsosial ekonomi," kata dia.
Sri Mulyani menyebut, kelompok miskin, menjadi kelompok yang paling rentan dan terdampak atas terjadinya bencana alam. Sehingga pengurangan kemiskinan juga harus mempertimbangkan faktor meminimalisasi adanya risiko bencana alam.
Baca Juga: Dua Proyek Infrastruktur Tanpa Anggaran Pemerintah Mulai Dibangun Kuartal I-2018
Apalagi, kata dia, indeks bencana Indonesia termasuk tinggi. Rata-rata indeks bencana nasional sebesar156,3%. Sementara untuk rasio indeks resiko bencana yang diukur dari 136 kabupaten kota lebih tinggi yaitu 169,5%
"Kita ingin turunkan rasio itu ke 30% lebih kecil. Jadi indonesia, siapapun gubernurnya siapapun presidennya akan menghadapi resiko ini," tukasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)