Astra International Suntik Go-Jek Rp2 Triliun

Martin Bagya Kertiyasa, Jurnalis
Senin 12 Februari 2018 13:35 WIB
Jajaran Astra dan Go-Jek. (Foto: Situs Astra)
Share :

JAKARTA – PT Astra International Tbk (ASII) menanamkan modal sebesar USD150 juta atau sekira Rp2 triliun jika mengacu kurs Rp13.500 per USD di Go-Jek, perusahaan penyedia layanan on-demand berbasis aplikasi terbesar di Indonesia.

Presiden Direktur Astra International, Prijono Sugiarto, mengatakan, antusias dapat menjadi bagian dari Go-Jek yang luar biasa. Menurutnya, saat ini Go-Jek merupakan pemain utama dalam ekonomi digital Indonesia.

"Astra berharap kolaborasi dengan Go-Jek akan memberikan nilai tambah bagi bisnis Astra serta mengakselerasi inisiatif Astra di bidang digital," kata dia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (12/2/2018).

Prijono menambahkan, kerjasama dengan Go-Jek sejalan dengan komitmen Astra untuk mendukung pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia. "Teknologi memiliki peran yang penting untuk mencapai tujuan ini, dan kami yakin akan daya transformasi perusahaan yang fokus pada digital seperti Go-Jek,” tambah dia.

Baca Juga: Google Suntik Rp1,35 Triliun ke Go-Jek Ikuti Jejak Temasek

Chief Executive Officer dan Founder Go-Jek, Nadiem Makarim, mengatakan kerjasama ini menjadi sebuah bentuk pengakuan tersendiri atas keberhasilan strategi mereka. Baik Astra maupun Go-Jek didirikan dengan misi untuk memajukan Indonesia melalui pemberdayaan masyarakat.

"Kami sangat berterima kasih atas dukungan yang diberikan Astra. Kedua organisasi ini memiliki kepercayaan yang sama, bahwa dengan berkolaborasi kita bisa bersama-sama mengakselerasi perkembangan ekonomi serta meningkatkan hajat hidup jutaan penduduk bangsa ini," tutur dia..

Senada, President dan Co-Founder Go-Jek, Andre Soelistyo, menyatakan sebagai salah satu grup dengan bisnis yang paling terdiversifikasi di Indonesia, Astra akan memberi banyak dukungan seiring dengan percepatan inovasi. "Kami yakin bahwa Go-Jek akan mendapatkan banyak keuntungan dari pengetahuan dan keahlian operasional Astra, serta sinergi di dua organisasi kami,” tukas dia.

 Baca juga: BI: Go-Pay Harus Ikuti Aturan QR Code

Sekadar informasi, saat ini jumlah pengemudi Go-Jek yang terdaftar mencapai lebih dari 1 juta pengemudi, dengan lebih dari 125.000 mitra usaha, dan 30.000 penyedia jasa di platform Go-Jek.

Go-Jek pun yang menyediakan berbagai jenis jasa seperti transportasi, pengantaran makanan, kurir barang, jasa kebersihan, hingga keperluan pembayaran. Go-Jek memfasilitasi lebih dari 100 juta transaksi setiap bulannya.

Sebelum Astra, Induk usaha Google, Alphabet Inc (GOOGL.O) setelah investor asal Singapura Temasek juga mengucurkan investasi pada layanan statup transportasi Indonesia Go-Jek.

Selain itu, Samsung Venture Investment Corp juga dikabarkan berminat menyuntikan dana ke Go-Jek. Grab dan Uber didukung oleh SoftBank Group Jepang (9984.T), sementara Go-Jek telah mendapatkan investasi dari raksasa teknologi Tencent Holdings Ltd (0700.HK) dan JD.com Inc (JD.O) dari China.

Google menginvestasikan sekira USD100 juta atau Rp1,35 triliun jika mengacu kurs Rp13.500 per USD. Saat ini, investor Go-Jek adalah perusahaan ekuitas swasta global seperti KKR & Co LP (KKR.N) dan Warburg Pincus LLC. Kesempatan untuk melakukan pendanaan dibuka tahun lalu dan diperkirakan akan ditutup dalam beberapa minggu.

Mengutip Reuters, nilai investasi ke Go-Jek diperkirkan mencapai USD4 miliar, lebih sedikit dibandingkan dengan investasi untuk Grab sebesar USD6 miliar. Investasi Go-Jek ini akan menjadi pertaruhan Google di Asia.

Pada September silam, perusahaan tersebut setuju untuk mengakuisisi 2.000 insinyur dari pembuat smartphone Taiwan HTC Corp (2498.TW) seharga USD1,1 miliar. Mereka juga akan meluncurkan aplikasi pembayaran terlokalisasi untuk India karena mencoba mendapatkan pijakan di ruang pembayaran digital yang berkembang pesat di negara ini.

Tahun ini, Google juga bergabung dalam sebuah investasi di platform mobile mobile stream-time buatan China Chushou, yang mengikuti saham minoritas di Mobvoi intelijen buatan buatan Beijing yang berbasis di 2015.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya