Pengadaan Alsintan Kementan Ampuh Tingkatkan Produksi Sektor Pertanian

Ade Rachma Unzilla , Jurnalis
Jum'at 04 Januari 2019 18:57 WIB
(Foto: Dok. Kementan)
Share :

JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah kepemimpinan Menteri Andi Amran Sulaiman memiliki program Pengembangan Pertanian Modern untuk meningkatkan produksi dan menyejahterakan petani.

Kebijakan pemerintah yang mengutamakan keberpihakan kepada petani ini dicirikan dengan penggunaan alat dan mesin pertanian ( alsintan) secara masif, mulai dari pengolahan lahan sampai dengan tahap panen dan pasca-panen. Dengan demikian, kegiatan usaha pertanian berubah dari sistem tradisional menuju pertanian yang modern (modernisasi pertanian).

Amran mengatakan, modernisasi pertanian mutlak dilakukan untuk menjadikan Indonesia negara yang kuat berbasis pertanian. Program mekanisasi pertanian kementerian Pertanian (Kementan) tidak hanya berperan nyata dalam meningkatkan produksi pangan. Namun di sisi lain juga terbukti menjadi solusi dalam kelangkaan tenaga kerja pertanian.

Sebagai langkah pengawasan terhadap bantuan-bantuan alsintan Kementan kepada petani, Amran mengundang langsung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), untuk bersinergi memperkuat pencegahan korupsi dan mengecek penggunaan anggaran yang sudah digunakan Kementan.

Baca Juga: Angkat Kejayaan Kakao, Mentan Bagikan Bibit Unggul Gratis ke Petani

“Untuk pencegahan, utamanya mengecek anggaran yang sudah disalurkan khususnya alat mesin pertanian. Kami ingin semua terbebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme”, ujar Mentan Amran.

Amran menambahkan bahwa, Kementan sudah ada MoU sejak 2015 antara Ketua KPK dan Mentan. Juga ada 3 hingga 4 orang yang ditempatkan untuk mengawasi kerja Kami.

Alsintan Sebagai Solusi Tingkatkan Produksi

Berdasarkan hasil analisis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan tahun 2015 menyebutkan bahwa jumlah terbanyak tenaga kerja pada sektor tanaman pangan adalah petani yang sudah berusia lebih kurang 60 tahun kemudian disusul usia antara 40 hingga 45 tahun. Dampak nyata adanya kelangkaan dan usia lanjut tenaga petani untuk mendukung budidaya tanaman padi adalah rendahnya kapasitas kerja tanam padi per satuan luas lahan dan mahalnya biaya tanam.

“Masalah yang muncul pada kegiatan tanam dapat ditangani dengan menerapkan mesin tanam pindah bibit (transplanter,-red) padi. Mesin transplanter adalah sebagai solusi peningkatan kerja kegiatan tanam padi. Hemat tenaga kerja, mempercepat waktu penyelesaian kerja tanam per satuan luas lahan. Dan faktor tersebut akhirnya mampu menurunkan biaya produksi budidaya padi,” demikian diungkapkan Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Andi Nur Alam Syah di Jakarta, Jum’at (4/1/2018).

Dampak nyata penggunaan mesin tanam padi ini, sambungnya, terlihat dari hasil pengamatan di tingkat petani. Pengguna mesin transplanter menunjukkan bahwa rata-rata kinerja 1 mesin transplanter dengan 1 orang operator dan 2 asistennya dapat menggantikan antara 15 hingga 27 hari orang kerja (HOK), sedangkan kemampuan kerja tanam mencapai 1 hingga 1,2 hektar per hari.

“Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Kementan telah menghasilkan mesin transplanter yang dinamai mesin Transplanter Jarwo 2:1. Secara umum rata-rata biaya tanam padi secara manual sekitar Rp 1,72 per hektar, sedangkan dengan mesin transplanter jarwo 2:1 sekitar Rp 1,1 per hektar,” ujar Andi Nur Alam.

“Keuntungan lain dari cara tanam dengan mesin transplanter munculnya usaha pembibitan padi, karena mesin memerlukan bibit khusus, yaitu umur bibit harus kurang dari 18 hari dan bibit harus ditaruh pada kotak mesin (tipe dapog,-red) sesuai ukuran mesinnya. Rata-rata kebutuhan bibit sebanyak 250 sampai 300 dapog per hektar,” lanjut dia.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya