JAKARTA - Berawal dari perusahaan rintisan baru atau startup, Infosys Limited menjadi perusahaan teknologi informasi (TI) multinasional dengan pendapatan kedua terbesar di India dan ke-596 di dunia pada 2017.
Hingga September 2018, kapitalisasi pasarnya mencapai USD44,32 miliar dengan rating kredit A-. Infosys didirikan oleh tujuh insinyur di Pune, India, dengan modal awal sekitar USD250 pada 1981. Mereka berasal dari berbagai latar belakang. Bisnisnya terdaftar dengan nama Infosys Consultants Private Limited pada 1981. Dua tahun berlalu, kantor pusat perusahaan itu dipindah menuju Bengaluru, Karnataka. Ketujuh insinyur itu ialah Narayana Murthy, Nandan Nilekani, N. S. Rag havan, S. Gopalakrishnan, S. D. Shibulal, K. Di nesh, dan Ashok Arora. Mereka tidak pindah menuju Bengaluru secara bersamaan.
Narayana merupakan orang pertama yang meninggalkan Pune. Disusul Nilekani dan istrinya. Lalu sisanya tim Infosys. Setiap insinyur Infosys memiliki keahlian dan kelebihan masing-masing. Kendati begitu, mereka bekerja dalam satu misi dan visi. Guna meminimalisasi persengketaan, mereka sepakat melarang istri turut campur dalam bisnis. Selain itu, mereka ingin istri mereka fokus mengurus rumah tangga dan merawat anak di rumah. Ketujuh insinyur itu juga sepakat menetapkan batas pensiun di usia 65 tahun. Tujuannya agar generasi muda penerus Infosys dapat memiliki kesempatan untuk mencapai posisi tertinggi. Mereka juga menghindari nepotisme, termasuk terhadap anak sendiri, sehingga di tempat kerja tidak terjadi diskriminasi.
Baca Juga: Mengenal Tong Wenhong, Wanita yang "Dicurangi" Jack Ma Selama 14 Tahun
Meski direncanakan dengan matang dan ditopang prinsip yang kuat, bisnis Infosys tidak lancar. Pada periode awal, mereka harus berjuang membangun kepercayaan dan reputasi. Target mereka juga sangat tinggi, yakni memberikan dampak besar terhadap pasar Amerika Serikat (AS), negara dengan teknologi tinggi di dunia. Setelah melakukan pengorbanan selama delapan tahun, ketujuh insinyur Infosys tidak sampai di tempat tujuan, pun di titik cerah. Mereka tidak memperoleh apapun. Mereka tersesat, kebingungan, dan tertekan, karena teman-teman kuliah mereka dulu sudah sukses di tempat lain mulai dari memiliki mobil hingga rumah. Sekitar tahun 1980-an, Infosys untuk pertama kali melakukan joint venture dengan Kurt Slamon Associates.
Namun, program itu memiliki umur pendek dan ambruk pada 1989. Dengan kegagalan bertubi-tubi, insinyur Infosys putus asa di depan kebangkrutan. Bahkan salah satu pendirinya menjual sahamnya. Situasinya kian suram karena tidak ada satu pun yang tahu harus berbuat apa. Narayana menegaskan kepada teman-temannya, jika mereka ingin pergi, mereka dapat melakukannya dengan lapang dada. Dia juga meminta agar saham mereka dijual kepadanya karena dia akan tetap mengoperasikan Infosys sampai akhir.