Namun, mereka memutuskan tetap berada di Infosys dan menjalankan bisnis seperti biasanya, meski prospeknya tampak suram. Saat itu, mereka membagi tugas mulai dari perekrutan bakat muda, pemasaran, hingga pengawasan kualitas. Bisnis mereka mulai menemui titik cerah ketika India alami liberalisasi. Para insinyur Infosys meyakini citra merupakan segalanya. Mereka pun membangun kantor besar kelas dunia sehingga setiap klien atau pengunjung merasa berada di kantor global. Seiring dengan tumbuhnya pendapatan perusahaan, para pendiri Infosys mewariskan harta dan ilmu pada sebagian masyarakat India. Pada 1993, Infosys mengambil langkah IPO.
Selain itu, perusahaan juga memutuskan membagi ekuitas dengan para karyawan. Hal itu diambil untuk menjaga para bakat muda Infosys dan memberikan rasa memiliki. Dalam dua tahun ke depan, Infosys membuka pusat pengembangan di Fremont, Toronto, dan Inggris. Mendekati tahun 1999, Infosys terdaftar di NASDAQ dan dikenal sebagai bagian dari 20 perusahaan terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar. Capaian itu terjadi ketika Infosys memulai ekspansi ke seluruh dunia dan membuka kantor baru di Jerman, Swedia, Belgia, Australia, dan dua pusat pengembangan di AS. Memasuki abad ke-20, Infosys tumbuh cepat. Asetnya pada 2005 mencapai USD60 miliar.
Klien Infosys juga mencapai ribuan dan tersebar di 50 negara. Infosys merupakan perusahaan IPO keenam terbesar di India dan memiliki 200.000 karyawan pada 2017. Nilai saham yang dimiliki karyawannya mencapai USD500 miliar. Sejak insepsi, Infosys juga melakukan banyak akuisisi, termasuk Expert Information Services (USD23 juta), McCamish Systems (USD38 juta), Portland Group (AUD37 juta), Lode stone Management Consultant (USD345 juta), dan lainnya. Akhir-akhir ini, Infosys juga berhasil mengakui sisi Panaya Inc dan Skava.
(Muh Shamil)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)