"Saya waktu itu terpaksa harus naikkan BBM untuk jaga budget. Pertumbuhan ekonomi dari 6,1% jadi 5,8%. Tapi di tahun ini tetap bertahan di 5,1%-5,2%, jadi pertumbuhan ekonominya stabil dengan kondisi (ekonomi global) seperti itu. Saya apresiasi yang dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia," ungkapnya.
Sementara itu, Sri Mulyani menambahkan, pada tahun 2013 memang terjadi taper tantrum karena sinyal kebijakan The Fed. Hal itu tentu membuat pemerintah melakukan penyesuaian fiskal, yang berdampak pada peningkatan defisit APBN dan penurunan pertumbuhan ekonomi.
Berbeda pada masa kini, di mana suku bunga acuan The Fed sudah mengalami kenaikan, yang membuat BI harus melakukan penyesuaian kebijakan moneter. Meski demikian, ekonomi dinilai cukup terjaga sebab tetap tumbuh di kisaran 5%.
"Saat ini tidak dalam kondisi taper tantrum, tapi menghadapi suku bunga AS yang sudah benar-benar naik, sudah empat kali. Oleh karena itu, BI mengikuti atau defense dengan naikkan suku bunga BI tujuh kali. Tapi ekonomi tetap tumbuh di 5,1% dan defisit kita bukannya naik tapi malah turun. Jadi ini pertumbuhan ekonomi tetap terjaga walaupun ada guncangan," papar dia di kesempatan yang sama.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)