JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika siap memasarkan Alat Mekanik Multifungsi Pedesaan (AMMDes) atau mobil desa ke beberapa negara di Asia Negara (Asean).
Mobil asli Indonesia yang dikembangkan PT Kreasi Mandiri Wintor Indonesia, dinilai memiliki ketangguhan mesin AMMDes dan luasnya daya jelajah. Mobil desa ini mampu melalui jalan ekstrim di desa-desa yang infrastrukturnya masih minim.
Menurut Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin Putu Juli Andika, mobil ini sangat cocok untuk negara yang infrastruktur di daerahnya masih kurang baik. Apalagi, mobil desa ini baru dikembangkan di Indonesia.
"Ini potensial ekspor, karena mobil sejenis ini tidak ada di dunia. Ini ide luar biasa yang dikembangkan KMWI sehingga bisa mengisi pasar yang kosong. Minatnya banyak, salah satunya Timor Leste," ujarnya, dalam keterangannya, Jakarta, Minggu (14/4/2019).
Baca Juga: Keluhan Perusahaan Miras Eropa: Sulitnya Ekspor ke Indonesia
Menurutnya, kehadiran mobil desa mampu meningkatkan produktivitas petani di desa. Sifatnya yang multiguna membuat AMMDes memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh jenis mobil pedesaan lainnya.
Puji menambahkan melalui AMMDes, petani dapat menikmati hasil tanamnya dengan lebih baik.
Mengacu pada data riset Kemenperin di Sukabumi dan juga Cianjur, Jawa Barat, rata-rata ongkos angkut hasil bumi ke kota menghabiskan dana sekitar Rp1,7 juta per bulan. Hal itu disebabkan oleh kecilnya ruang pengangkutan, maklum selama ini para petani menjual hasil taninya ke Kota menggunakan sepeda motor.
Baca Juga: Ekspor IKM Gerabah dan Keramik Hias Tembus USD25 Juta
Sehingga jarak pengangkutan jadi “terlihat” lebih jauh, karena petani harus bolak-balik mengantar dan menjemput kembali hasil taninya. Namun dengan menggunakan AMMDes, ongkos kirim menyusut menjadi Rp900 ribu-an.
“Itu mengapa dalam AMMDes 2nd Summit akan kita undang seluruh stakeholder, karena kita ingin benar-benar membantu masyarakat dan mengubah pandangan masyarakat tentang teknologi. Ditambah konsep membangun dari desa juga sesuai dengan Nawacita pemerinta yang ingin mengurangi kesenjangan antar wilayah melalui penguatan konektvitas dan kematiriman,” jelas Puji.