Arnault masuk ke pasar barang mewah setelah mengakuisisi kelompok bisnis tekstil Boussac, pemilik Christian Dior dan supermarket Le Bon Marche yang hampir bangkrut pada 1984. Dia menjual semua perusahaan lainnya sehingga uangnya digunakan untuk menguasai saham LVMH pada 1988.
Pada 1989, Arnault menjadi pemegang saham terbesar di LVMH yang memproduksi barang mewah. Dia pun menjadi chairman dan CEO perusahaan tersebut sejak saat itu. Dia pun membangun konglomerasi bisnis brand mewah terbesar di dunia.
Sebelas tahun kemudian, nilai LVMH meningkat 15 kali lipat, penjualan serta keuntungannya naik lima kali lipat. Salah satu kunci sukses Arnault adalah program desentralisasi dan upayanya untuk fokus mengeksplorasi heritage setiap brand.
Dia juga mengizinkan setiap perusahaan di bawah grupnya untuk memiliki independensi dan kewenangan sendiri. Pada 1993, LVMH mengakui sisi Berluti dan Kenzo. Selain memiliki brand Louis Vuit ton, Bernard Arnault menguasai 70 brand terkenal lainnya seperti Givenchy, Guerlain, Marc Jacobs, Sephora, Emilio Pucci, Fendi, Loro Piana, Nicholas Kirkwood, Thomas Pink, RM Williams, EDUN, Moynat, dan Donna Karen.
Baca Juga: Harta Bertambah Rp116 Triliun, Bos Louis Vuitton Jadi Pengusaha Terkaya ke-4 Dunia