JAKARTA – PT PLN (Persero) terus meningkatkan perannya dalam menekan defisit minyak dan gas bumi (migas). Hal itu diwujudkan dengan membangun pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).
“Kami terus membangun in frastruktur pembangkit non migas. Bahkan sumber-sumber pembangkit non migas itu yang dioperasikan,” ujar Direktur Peng adaan Strategis 1 PLN Sripeni Inten Cahyani, Jakarta.
Baca juga: Begini Cara Kejar Target Bauran Energi Baru Terbarukan 23%
Menurut dia, PLN telah mengakhiri pembangunan pembangkit listrik berbasis bahan bakar minyak (pembangkit listrik tenaga diesel/PLTD). Kalaupun ada pembangunan PLTD, imbuhnya, itu dilakukan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), yang memang susah dijangkau.
“Keberadaan PLTD juga hanya sebagai back up jika terjadi masalah pada pembangkit utama sehingga sama sekali tidak dioperasikan. Jadi pembangkit berbasis bahan bakar mi nyak memang porsinya sudah sedikit sekali,” terang dia.
Berdasarkan RUPTL PLN 2018-2027 target bauran energi hingga akhir tahun 2025 an tara lain, penggunaan batu bara 54,4% , EBT 23,0%, gas 22,2% dan BBM 0,4%. Bahkan dalam aturan RUPTL tersebut, imbuhnya, penggunaan batu bara khususnya di Jawa merupa kan yang terakhir kecuali yang sudah terjadi perjanjian jual beli tenaga listrik (power purchase agreement /PPA).
Baca juga; Strategi RI Transisi Energi Perlindungan Lingkungan
Untuk pembangunan PLTU batu bara di Sumatera dan Kalimantan harus dilakukan di mulut tambang. Adapun tam bahan PLTG/PLTGU di Jawa harus melalui pipa/wellhead kecuali yang sudah PPA atau dilelang.
“Jadi urutannya itu PLTU, PLTA, PLTP kemudian PLTGU. Namun, begitu minyak itu menjadi opsi terakhir dan kalau pun dimungkinkan, biarkan padam hanya sebagai cadangan,” katanya. Dia menandaskan, PLN akan terus menekan pengguna an BBM untuk pembangkit listrik.
Adapun saat ini kirakira porsi pembangkit berbasis BBM masih sekitar 5,4% sedang kan EBT harus ditingkatkan mencapai 22,6%. “Ke depan kita upayakan sampai 1%. Sesuai RUPTL sam-pai 2025 itu harus diupayakan tinggal 0,4% dan itu sudah kami lakukan,” ujarnya.
Baca juga: Sederet Fakta Perjuangan Swedia Gunakan Energi Terbarukan
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta menekankan, pentingnya mendorong baur an energi berbasis EBT untuk mempersempit defisit migas.