Namun, Fuad menambahkan untuk rute-rute padat frekuensi penerbangan masih dipertahankan dan tidak dikurangi.
“Optimalisasi etidak pukul rata tidak mengurangi semua rute, rute-rute gemuk dan sibuk masih melayani. Kami sebagai perusahaan publik semaksimal mungkin harus untung. Langkah utama mengurangi frekuensi masih rugi juga tidak menutup kemungkinan, tetapi lebih menguntungkan buat Garuda, domestik maupun internasional,” katanya.
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk membukukan laba bersih sebesar USD19,7 atau setara dengan Rp274 miliar pada triwulan I 2019 setelah penyajian ulang (restatement) sehubungan dengan hasil putusan Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) agar laporan keuangan Garuda Indonesia 2018 (“LKT 2018”) yang mana perlu disajikan ulang (restatement), serta menindaklanjuti putusan Bursa Efek Indonesia (BEI) agar laporan keuangan Q1 2019 (“LK Triwulan 1”) Garuda Indonesia juga disajikan ulang.
Sejalan dengan penyajian ulang laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia terus menunjukan peningkatan kinerja dengan berhasil mencatatkan pertumbuhan positif pada Triwulan 1-2019 di mana Perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar USD19,73 juta meningkat dibanding periode sebelumnya yang merugi USD64,27 juta.
(Feby Novalius)