JAKARTA - PT Timah Tbk (TINS) mengurangi produksi serta menurunkan ekspor timah. Hal ini dikarenakan pergerakan harga timah di pasar dunia yang belum menguntungkan bagi produsen.
Harga logam timah di bursa berjangka hingga penghujung September 2019 di kisaran USD16.300 per metrik ton. Nilai tersebut tidak berbeda jauh dibandingkan awal Oktober 2019.
Baca juga: PT Timah Anggarkan Belanja Modal Rp2,58 Triliun
Direktur Utama PT Timah Mochtar Riza Pahlevi mengatakan, perusahaan telah mengeluarkan kebijakan efektivitas dan efisiensi pada operating cost. Terutama, lanjutnya, volume ekspor demi menyikapi harga timah yang rendah.
"PT Timah Tbk menahan produksi dan penjualan timah sebagai upaya untuk merespon harga timah dunia yang menurun. Pengurangan produksi dilakukan dengan pemberhentian Operasi Kapal Keruk (Dredge)," ucap Riza dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa (8/10/2019).
Baca juga: Laba Bersih Timah Naik 6% Jadi Rp531,35 Miliar
Dirinya mengatakan, tujuh kapal isap produksi saat ini sedang disetop. Ke tujuh kapal tersebut tidak melakukan operasi penambangan.
"Termasuk tambang darat sudah kita kurangi shift operasinya," lanjutnya.
Baca juga: Indonesia Ditargetkan Jadi Eksportir Timah Nomor 1 Dunia
Dirinya mengakui bahwa pertambangan PT Timah Tbk yang bermitra dengan masyarakat dan perusahaan swasta juga mengalami pengurangan produksi. "Untuk kemitraan masyarakat saat ini menurun. Salah satu penyebabnya adalah musim kemarau dan keterbatasan air," tutur Riza.
Di bidang pemasaran, persero sudah melakukan pengurangan penjualan. Terlihat di Juli 2019 lalu, perusahaan telah mengurangi ekspor sebesar 1.000 sampai 1.500 ton per bulan. Dengan menurunnya harga timah, maka pengurangan ekspor akan semakin besar.
Pengurangan ekspor akan ditambah 1.000 ton per bulan lagi. Itu artinya, ekspor timah akan berkurang 2.000-2.500 ton per bulannya.
"Harga saat ini belum menguntungkan jika dilihat dari apa yang sudah kami lakukan sebagai perusahaan tambang," keluhnya.