NEW YORK - Mata uang Amerika Serikat (AS) dolar tergelincir pada perdagangan Jumat (14/8/2020) waktu setempat. Hal ini dikarenakan investor terus menghindar dan melirik ke mata uang lain yang ekonominya mengungguli AS dalam hal mengelola Covid-19.
Penurunan dolar selama delapan minggu berturut-turut adalah jangka pelemahan terpanjang dalam satu dekade. Data Refinitiv menunjukkan, dengan kumpulan data ekonomi AS yang layak pada hari Jumat gagal mengangkat greenback.
Baca juga: Dolar Tergelincir meski Data Pengangguran AS Berkurang
Pada akhir perdagangan pagi, indeks dolar tergelincir 0,2% menjadi 93,105, dengan kecepatan selama delapan minggu berturut-turut, penurunan terparah sejak Juni 2010.
“Faktanya adalah virus korona domestik di Amerika Serikat adalah epidemi terburuk dari ekonomi yang sebanding dan itu karena kurangnya manajemen dari otoritas AS,” kata kepala analisis pasar di Monex Europe di London Ranko Berich melansir CNBC, Jakarta, Sabtu (15/8/2020).
Baca juga: Dolar AS Turun Lagi Tertekan Euro dan Poundsterling
"Itu berarti wabah tersebut telah menciptakan prospek yang secara material lebih buruk bagi ekonomi AS daripada rekan-rekannya," tambahnya.
Harapan untuk stimulus tambahan untuk memerangi pandemi telah memudar pada hari Jumat, dengan Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam masa reses. Selain itu tidak ada pembicaraan baru yang dijadwalkan dengan negosiator Presiden AS Donald Trump.
Dolar menunjukkan sedikit reaksi terhadap data kenaikan 1,2% pada angka utama penjualan ritel AS pada bulan Juli, yang lebih rendah dari yang diharapkan, tetapi kenaikan lebih tinggi dari perkiraan sebesar 1,9%, tidak termasuk otomotif.
Terhadap mata uang lainnya, dolar berada di jalur yang tepat untuk membukukan persentase kenaikan mingguan terbaiknya terhadap yen dalam dua bulan. Terakhir turun 0,5% pada 106,45 yen.