JAKARTA - Kedelai di Indonesia sedang mengalami kelangkaan. Hal ini lantaran pasokan dari para importir mengalami kendala karena distribusi dari luar negeri terhambat hingga membuat harga tahu dan tempe mengalami lonjakan.
Berikut fakta-fakta polemik harga kedelai yang telah dirangkum Okezone, Minggu (10/1/2021).
1. Mentan Bakal Lipatgandakan Produk Lokal
Kementerian Pertanian (Kementan) meningkatkan produksi kedelai dalam jangka pendek. Hal ini seiring kenaikkan harga kedelai di dalam negeri yang berdampak pada mahalnya tahu dan tempe.
"(Kenaikkan harga kedelai) Saya akan sikapi di lapangan. Saya tidak mau janji dulu karena saya lagi kerja. Dan Insya Allah dari agenda-agenda yang kita siapkan hari ini mudah-mudahan bisa menjadi jawaban," ujar Mentan Syahrul Yasin Limpo usai bertemu Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) di Gedung Ditjen Tanaman Pangan Jakarta.
Baca Juga: Cabai Rawit hingga Tahu Tempe Bikin Inflasi di Minggu Pertama 2021
2. Butuh 100 Hari Panen Kedelai di Indonesia
Menurut Syahrul, dalam satu kali pertanaman setidaknya dibutuhkan 100 hari hingga panen. Pihaknya menargetkan bisa melakukan dua kali musim tanam agar ketersediaan bisa lebih besar dan digunakan pengrajin tahu tempe.
"Jadi paling penting ketersediaannya, bukan hanya harga. Tentu saja bekerja sama dengan kementerian lain. Kedelai lokal harus menjadi kekuatan kita," tandas dia.
Baca Juga: Masalah Disparitas Harga Kedelai Lokal dan Impor Harus Dibenahi
3. Kedelai Impor Bakal Diganti Produksi Lokal
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, Pertanian (KPKP) DKI, Suharini Eliawati mengatakan demi menyelesaikan masalah tersebut, sementara kedelai impor diganti dengan produksi lokal.
Meski begitu, ketersediaan kedelai lokal yang hanya 30% belum bisa diyakini akan menutupi kebutuhan di wilayah Ibu Kota.
"Pemerintah akan menonjolkan kedelai lokal yang saat ini baru mencukupi 30% kebutuhan kedelai dalam antisipasi kebutuhan kedelai import," kata Suharini dalam keterangan tertulis.