Masih Rencana Impor Beras 1 Juta Ton, Petani Sudah Menjerit

Shelma Rachmahyanti, Jurnalis
Kamis 18 Maret 2021 16:27 WIB
Petani (Foto: Okezone.com)
Share :

JAKARTA – Rencana impor beras menjadi polemik. Pemerintah berencana impor beras sebanyak 1 juta ton pada awal tahun ini.

Menanggapi hal tersebut, Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai, dari sisi momentum dan waktu melakukan impor di awal tahun dinilai kurang tepat. Menurutnya, hal ini sebetulnya menyakiti petani.

Baca Juga: Ridwan Kamil Usul ke Pemerintah Pusat: Stok Beras Jabar Surplus, Impor Sebaiknya Ditunda

“Idealnya jika mengacu pada pengalaman puluhan tahun Indonesia mengelola impor, idealnya impor dilakukan kira-kira di bulan Agustus – September. Kenapa bulan-bulan itu? Karena sekarang kita masih panen raya, bahkan kalau menurut data BPS itu Maret ini,” ujarnya saat dihubungi MNC Portal Indonesia hari ini (18/3/2021) di Jakarta.

“Sebetulnya yang dituntut sekarang di beberapa tempat itu kan ada laporan harga gabah itu turun di bawah harga pembelian pemerintah ya. Untuk gabah kering panen itu menurut aturan kan Rp4.200/kg. Nah kenapa pemerintah tidak mendorong pengadaan dari dalam negeri, menyerap harga yang turun itu. Barang ada, bahkan menurut perkiraan produksi itu berlebih, kok kita melakukan impor? Kan aneh,” tambah Khudori.

Baca Juga:  Susi Pudjiastuti: Pak Presiden yang Terhormat, Mohon Stop Impor Beras! Panen Berlimpah

Menurut dia, beras adalah komoditas yang sangat sensitif. Oleh karena itu, ketika pemerintah membocorkan sesuatu misal mengenai data beras di gudang Bulog yang tipis atau rencana impor hal tersebut sensitif terhadap harga.

“Makanya kita bisa lihat akhir-akhir ini di berbagai daerah banyak yang menjerit. Pemerintah belum memastikan impor ketika baru merencanakan impor saja itu dampaknya secara psikologis itu sudah menekan harga, baik harga gabah maupun harga beras,” kata Khudori.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya