Effendi terus meningkatkan produksi tenunnya hingga berani membuka pasar baru, bahkan bidikannya ekspor. Dia digandeng pengusaha dari Arab Saudi untuk memasarkan kain tenun ke Arab Saudi dan Afrika.
"Sekali pesan, bisa mencapai 40 sarung dalam sebulan dengan berbagi jenis dan motif. Sarung tenun yang dipesan dikirim memakai paket ke kantor cabangnya di Jakarta,"ucapnya.
Effendi pertama kali membuka usaha dengan modal 10 mesin tenun, yang berasal dari warisan orang tuanya. Kemudian dia memesan mesin tenun . Untuk harga mesin tenunnya, per-unit harganya Rp 1 juta. Dengan bahan dasar pembuat mesin tenun dari kayu jati.
Sekarang dia telah mempunyai 40 mesin tenun. “Dulu tahun 1980-an harga mesin tenun cuma Rp.100 ribu. Modal awal saya cuma ratusan ribu,”ungkapnya.
Effendi juga menjelaskan proses awal produksi kain tenunnya dimulai dari membeli benang putih dari bahan benang rayon murni. Bahan ini menghadirkan rasa hangat dan sekaligus terasa lembut.
Bahan baku benang rayon dipasok dari importir di Pekalongan. Benang ini diimpor dari China dan India dengan harga Rp 200.000-Rp 300.000 per- pak.
Lanjut Effendi lagi, dari dua pak benang tadi, setidaknya bisa dihasilkan 22 lembar sarung.
Sarung ini terdiri dari dua bagian yang membutuhkan proses pengerjaan terpisah, yakni kain dasar dan motif di atasnya. Proses pengerjaan sarung termasuk rumit, apalagi, sarung ini diproduksi secara tradisional memakai alat tenun bukan mesin.