Perbankan Diminta Biayai Industri Hulu Migas

Tim Okezone, Jurnalis
Kamis 19 Agustus 2021 18:53 WIB
Perbankan Diminta Biayai Industri Hulu Migas
Share :

JAKARTA - Peran investasi di sektor hulu migas menjadi krusial, apalagi saat ini pemerintah juga tengah mengejar target produksi minyak 1 juta barel per hari dan 12 BSCFD gas pada tahun 2030.

Untuk mencapai hal tersebut, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto meminta kepada perbankan khususnya perbankan nasional agar dapat membantu dari sisi investasi pembiayaan industri sektor hulu migas. Mengingat, potensi besar industri hulu migas sejatinya masih cukup baik untuk bisnis perbankan.

“Perlu kita sadari bahwa industri migas adalah industri yang membutuhkan investasi yang besar, teknologi yang risiko yang tinggi. Selain itu, tingkat persaingan antar negara juga tinggi saat ini, terlebih lagi di tengah isu energi baru terbarukan,” ucap Dwi Soetjipto dalam webinar, Jakarta, Kamis (19/8/2021).

Saat ini, kata Dwi volume kebutuhan minyak nasional untuk energi sampai tahun 2050 diperkirakan akan meningkat sampai 139%, dari kebutuhan minyak nasional saat ini yang sekitar 1,6 juta barel per hari menjadi 3,9 juta barel per hari.

Sementara untuk konsumsi gas juga akan meningkat dari konsumsi saat ini yang sekitar 6.000 MMSCFD menjadi 26.000 MMSCFD pada tahun 2050 atau meningkat 298%. Di samping untuk kebutuhan energi, dijelaskan Dwi, sumber daya migas juga dibutuhkan untuk sumber feedstock bagi sektor industri, khususnya petrokimia.

Karena itu, pengembangan cekungan-cekungan hidrokarbon yang belum berproduksi menjadi berproduksi, dan yang belum ekonomis menjadi ekonomis, tentu perlu dilakukan.

Dia juga meminta kepada sektor perbankan nasional agar dapat memberikan rate bunga kredit yang kompetitif serta bersaing dengan bank asing. "Struktur investasi yang memiliki jangka waktu lama dapat disikapi sektor perbankan dengan menawarkan rate bunga kompetitif, sehingga bank nasional bisa bersaing dengan bank asing dalam membiayai industri hulu migas," katanya.

Direktur Kelembagaan dan BUMN BRI Agus Noorsanto mengatakan sinergi antara industri hulu migas dengan perbankan nasional sudah dilakukan sejak tahun 2008. “Sejak 2008, sejak BP Migas berdiri, sinergi perbankan dengan industri hulu migas sudah terlihat dengan peraturan-peraturan yang dikeluarkan untuk para KKKS melakukan kerja sama dengan perbankan nasional,” katanya.

Saat ini menurutnya, kegiatan hulu migas yang membutuhkan investasi cukup besar. Beberapa prospek yang bisa digarap perbankan nasional antara lain terkait Pencadangan Dana ASR (Abandonment and Site Restoration), Trustee and Paying Agent, Bank Garansi, Alat Pembayaran (Letter of Credit), Rekening Pembayaran dan Penerimaan untuk Transaksi Penyediaan Barang dan Jasa, Rekening Penerimaan untuk Transaksi Jual Beli Minyak dan Gas Bumi, Rekening Khusus DHE SDA, Pembiayaan Proyek Industri Migas, hingga Pembiayaan Industri Pendukung Hulu Migas.

Masih ada lagi prospek yang terkait kegiatan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) dari sektor hulu migas. “Ke depannya potensi ini akan semakin besar dan akan menjadi potensi-potensi bagi teman-teman di Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) untuk ikut terlibat,” ujar Agus.

Himbara sendiri berharap peran serta industri perbankan nasional, khususnya bank milik negara, akan semakin meningkat dalam kegiatan di sektor hulu migas Tanah Air.

Industri perbankan nasional khususnya anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) menilai industri hulu migas masih tetap menarik untuk diberikan dukungan pembiayaan. Meski sektor hulu migas memiliki karakter padat modal dan berisiko tinggi, namun sektor ini tetap menjadi backbone bagi perekonomian nasional.

Pasalnya hasil dari produksi hulu migas dibutuhkan oleh mayoritas industri nasional. Terlebih pemerintah menargetkan produksi minyak bisa menembus level 1 juta barel per hari dan 12 miliar standar kaki kubik per hari untuk gas pada tahun 2030.

Hal ini menandakan bahwa sektor hulu migas di masa depan akan terus meningkatkan upaya eksplorasi dan produksinya demi mencapai target itu. Itu artinya aktifitas bisnis akan terus berputar sehingga bagi keterlibatan industri perbankan sangat dibutuhkan agar aktifitas produksi bisa berjalan lancar.

Dijelaskan Agus bahwa dukungan pembiayaan bank Himbara terhadap sektor hulu migas selama ini cukup besar. Tercatat hingga Mei 2021 jumlah kredit yang dikucurkan pada sektor pertambangan yang di dalamnya memuat sektor hulu migas nilainya mencapai Rp128 triliun. Kendati turun 12,9 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp147 triliun, namun sektor hulu migas tetap menjadi daya pikat bagi industri pembiayaan.

"Dari sisi NPL (non performing Lian / kredit macet) sektor ini juga relatif terjaga atau rendah dibandingkan sektor lain seperti makanan dan minuman. Sektor migas (pertambangan) NPLnya di level 4,9 persen, ini cukup rendah dibandingkan tahun lalu sebesar 5 persen. Ini pertanda baik," ucap dia.

Sementara, itu Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan juga menilai bahwa industri hulu migas dan industri jasa penunjang lainnya masih tetap potensial untuk didanai oleh perbankan. Bahkan kebutuhan investasi untuk sektor hulu migas masih tetap besar kedepannya lantaran Indonesia masih belum bisa sepenuhnya beralih ke energi baru terbarukan.

Mamit menyatakan target realisasi investasi sektor hulu migas yang ditetapkan pemerintah tahun 2021 adalah sebesar USD12,38 miliar. Sementara hingga semester I 2021 lalu baru terealisasi USD4,92 miliar. Realisasi investasi ini belum termasuk pada industri jasa penunjangnya.

Jika digabung nilai kebutuhan investasi sangat besar. Hal ini menjadi peluang bagi industri perbankan nasional untuk terlibat dalam pembiayaan investasi pada proyek-proyek strategis hulu migas.

"Dari angka itu sebenarnya industri hulu migas sampai saat ini masih sangat menjanjikan. Maka SKK Migas dan pemerintah terus berupaya agar bagaimana iklim investasi terus membaik khususnya di sektor hulu migas," ucap Mamit.

Dia mencontohkan beberapa proyek penting hulu migas yang bisa menjadi peluang industri perbankan masuk dan terlibat dalam pembiayaan yaitu di Region I (Sumatra dan Kepulauan Natuna) ada 63 working area. Kemudian di Region II (Jawa, Madura, Kalimantan) ada 46 working area yang bisa dimasuki industri perbankan nasional. Kemudian di Region III (Indonesia Timur) terdapat 22 working area.

"Jadi masih banyak peluang investasi pada industri hulu migas dan industri jasa penunjangnya. Sebab biar bagaimanapun industri hulu migas tanpa industri penunjang ini tidak akan bergerak signifikan. Nah ini peluang bagi industri perbankan untuk meningkatkan investasinya di hulu migas," pungkas Mamit.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya