JAKARTA - Proyek pembangunan jalan tol Solo-Jogja sudah dimulai di sejumlah wilayah. Salah satunya kawasan Desa Kranggan hingga Desa Keprabon, Polanharjo.
Rencananya pembangunan jalan tol Solo-Jogja wilayah Klaten memakan 4.071 bidang atau 3.728.114 meter persegi lahan yang tersebar di 50 desa, 11 kecamatan. Namun ada yang unik dari rencana jalan tol tersebut. Berikut fakta-fakta yang dikumpulkan Okezone terkait pembangunan jalan tol Solo-jogja, Minggu (26/9/2021):
1. Desain Unik Tol Solo-Jogja
Proyek Tol Solo-Jogja segera dibangun di Klaten, Jawa Tengah. Ada yang cukup unik dari desain jalan tol ini.
Sampai saat ini setidaknya ada dua hal menjadi ciri khas jalan bebas hambatan penghubung wilayah Solo dan Jogja itu. Pertama, yaitu rest area di kawasan Manjungan, Kecamatan Ngawen, yang akan terbelah jalan kabupaten.
Baca Juga: Tol Solo-Yogyakarta-Bandara YIA Rp26 Triliun Mulai Dibangun, Ini Tahapannya
Jika nantinya terlaksana, maka rest area ini menjadi ciri khas karena hanya bisa ditemukan di Klaten. Sebelum diputuskan rest area di Manjungan akan terbelah, sempat muncul beberapa opsi lain.
Mulai dari jalan dipindah, dibiarkan lurus, dibuang, atau dibuat melayang. Namun berdasarkan hasil rapat koordinasi antara Pemkab Klaten dengan PT JogjaSolo Marga Makmur (JMM) disepakati rest area di Manjungan akan terbelah jalan kabupaten.
2. Ada Artefak Yoni di Area Proyek Tol
Artefak berupa yoni terdapat di area persawahan yang digusur untuk proyek Tol Solo-Jogja. Sebagai solusi, pelaksana proyek akan melakukan rekayasa teknis dengan membuat jalan tol melayang di atas sawah.
Baca Juga: Keren! Pertama di Indonesia, Tol Semarang-Demak Dibangun Pakai Bambu
“Di cagar budaya itu nanti posisinya dikangkangi konstruksinya. Jadi nanti menggunakan tiang penyangga. Posisi objek diduga cagar budaya nanti masih seperti saat ini, tidak ada perubahan di sana,” kata Staf Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja Pelaksana Jalan Tol Solo-Jogja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Christian Nugroho.
Yoni yang dikenal sebagai Candi Asu oleh warga sekitar itu terletak di persawahan Desa Keprabon, Polanharjo. Panjang dan lebarnya masing-masing 79 sentimeter. Artefak ini memiliki ornamen pada salah satu sisi berbentuk kepala hewan menyerupai kura-kura.