3. Harga LPG Non Subsidi
PT Pertamina (Persero) tengah melakukan review kenaikan harga gas LPG non subsidi, seperti gas elpiji 12 kilogram (kg). Rencana kenaikan harga gas LPG non subsidi ini disebabkan acuan harga LPG, yaitu Contract Price Aramco (CPA) yang melambung tinggi. Apalagi, sejak 2017 harga jual LPG non subsidi tidak pernah naik.
"Betul penyesuaian harga LPG Non Subsidi terakhir tahun 2017," kata Corporate Secretary Subholding Commercial and Trading Pertamina Irto Ginting kepada Okezone, Jakarta,
Irto menjelaskan, pada 2017 harga CPA masih di angka USD578 per metrik ton (MT) dan kurs dolar masih Rp13.459 per USD. Sementara, pada November 2021, CPA sudah di angka USD847 per MT dan kurs Rp14.553 per USD. Sekadar informasi, pengguna LPG Non Subsidi adalah 7,5% dari total pengguna LPG.
"Kami masih melakukan review untuk menaikkan," katanya.
4. Harga BBM
PT Pertamina (Persero) melakukan koordinasi dengan pemerintah perihal usulan kenaikan harga BBM. Saat ini muncul usulan harga BBM jenis Pertalite dan Pertamax naik Rp1.500 per liter. Bahkan, jika mengacu harga keekonomian melihat melonjaknya harga minyak dunia seharusnya harga Pertalite naik menjadi Rp11.000 per liter.
Corsec Subholding Commercial And Trading Pertamina Irto Ginting mengatakan, saat ini pihaknya masih terus koordinasi dengan pemerintah.
"Kami tetap koordinasikan dengan Pemerintah," katanya kepada Okezone belum lama ini.
Diakui Irto, tingginya harga minyak memberikan tekanan signifikan atas beban pokok produksi BBM dan juga makin menekan profitabilitas Pertamina. "Walaupun demikian sampai saat ini Pertamina tidak menaikkan harga BBM," kata Irto.