JAKARTA - Harga bitcoin melonjak sejak invasi Rusia ke Ukraina. Warga Rusia maupun Ukraina ramai-ramai menyimpan dan memindahkan uang dalam aset kripto anonim dan terdesentralisasi.
Perdagangan bitcoin dalam mata uang rubel Rusia menjadi overdrive ketika invasi dimulai dengan volume harian melonjak 259% dari hari sebelumnya menjadi 1,3 miliar rubel (USD13,1 juta), menurut data dari CryptoCompare, Selasa (1/3/2022).
Sementara itu di Ukraina, bursa kripto Kuna melihat volume perdagangan hariannya lebih dari tiga kali lipat menjadi 150 juta hryvnia (USD5 juta).
Bea O'Carroll, Direktur Pelaksana di Radkl, sebuah perusahaan investasi aset digital, mengatakan perang dan sanksi Barat telah melihat tren penggunaan bitcoin untuk mentransfer nilai.
"Pada dasarnya memiliki mata uang yang tidak dikendalikan oleh pemerintah, yang tidak terpengaruh oleh tindakan darurat ... sangat menarik," tambahnya. "Mungkin begitulah cara Rusia mengubah nilainya. Sama halnya, di sisi lain, ada 'inilah cara orang akan mendapatkan nilai bagi orang Ukraina'."
Dalam lima hari sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, bitcoin telah meningkat 13%, sedangkan indeks saham S&P 500 AS yang sering ditiru naik sekitar 2,0% dan emas permainan keamanan tradisional sekarang sebagian besar datar setelah naik sebanyak 3,5% pada hari invasi.
Pada hari serangan sekitar 300 juta dolar AS posisi short bitcoin dilikuidasi, data Coinglass menunjukkan. Sementara QCP Capital yang berbasis di Singapura mengatakan "sebagian besar" dari posisi long leverage telah diambil.
Selain sebagian besar anonim, kepemilikan dan transaksi kripto sering kali disimpan di dompet pada platform terdesentralisasi yang dapat diakses dari mana saja.