Solar Langka Bikin Sopir Truk Menjerit, Siap-Siap Harga Barang Naik

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Kamis 31 Maret 2022 09:01 WIB
Solar Langka (Foto: Okezone)
Share :

Lifandi meminta pemerintah segera mengatasi persoalan ini, sebab kelangkaan solar yang berlangsung lama dikhawatirkan akan berdampak pada penghasilannya.

"Jangan buat masyarakat menderita begini, sudah susah makin disusahi, kami cari uang, sehari enggak cari uang mau makan apa?" tutur Lifandi.

Antrean solar di SPBU tidak hanya terjadi di Aceh, namun juga di sejumlah wilayah lainnya seperti Riau, Jambi, Bengkulu, serta Sumatra Barat.

Selain itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo,) Gemilang Tarigan mengatakan antrean solar juga terjadi di Kalimantan, bahkan di sejumlah titik di Pulau Jawa.

"Di tol Jakarta-Merak itu kan sudah dibatasi, sopir teriak-teriak, tapi mereka mengisi (BBM) dibatasi. Di daerah juga sudah banyak teman-teman teriak, sudah langka, antre terus sepanjang hari," ujar Gemilang.

Apa yang menyebabkan solar langka?

Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Erika Retnowati, dalam rapat dengan DPR pada Selasa (29/03) memaparkan ada sejumlah faktor yang memicu kelangkaan solar di sejumlah daerah.

Salah satunya adalah meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat pada kuartal pertama 2022, karena situasi pandemi yang kian membaik. Sektor industri dan konsumsi kembali bergerak, sehingga arus barang pun turut meningkat, katanya.

Penyebab lainnya adalah selisih harga yang jauh antara solar bersubsidi dan nonsubsidi. Solar bersubsidi dijual ke masyarakat dengan harga Rp5.500 per liter, sedangkan solar nonsubsidi yang paling murah dijual senilai Rp13.300.

Selisih harga itu membuat pengguna solar nonsubsidi beralih menggunakan solar bersubsidi. Selain itu, BPH Migas juga menemukan adanya penyalahgunaan solat bersubsidi. "Di beberapa tempat kami menemukan ada penimbunan hingga pengoplosan solar ini," kata Erika.

Pada pertengahan Maret lalu, ditemukan pelaku solar oplosan dengan barang bukti sebanyak 108 ton di Sumatra Selatan.

Erika juga mengatakan banyak truk tambang dan perekebunan ikut mengantre di SPBU untuk mendapatkan solar bersubsidi. Padahal, truk tambang dan perkebunan seharusnya tidak termasuk dalam kategori penerima solar bersubsidi berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014.

Bagaimana dampaknya bagi masyarakat?

Mahendra Rianto dari Aliansi Logistik Indonesia (ALI) mengatakan kelangkaan barang dan bahan pokok berpotensi terjadi, apabila pemerintah tidak segera mengatasi persoalan ini di tengah meningkatnya kebutuhan masyarakat menjelang bulan Ramadan.

"Kita menghadapi Ramadan ini, rantai pasokan setiap produk dan barang-barang yang dikonsumsi meningkat, sehingga seluruh produsen akan mengejar produksi dua minggu sebelum sampai dua minggu pertama Ramadan," kata Mahendra.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya