Pasokan Gandum Terhambat, Bisa Diganti Pangan Lain?

Iqbal Dwi Purnama, Jurnalis
Rabu 10 Agustus 2022 10:40 WIB
Gandum. (Foto: Freepik)
Share :

JAKARTA - Adanya konflik perang Rusia - Ukraina membuat pasokan gandum menjadi terhambat ke dalam negeri.

Maka pemerintah perlu cepat mencari substitusi dari komoditas tersebut agar tidak berdampak dalam untuk ketahanan pangan dalam negeri.

Kepala Biro Perencanaan, Kerjasama dan Humas Badan Pangan Nasional (NFA) Risfaheri mengatakan mengatakan setidaknya ada dua komoditas yang mampu menjadi substitusi Gandum, seperti Jagung dan Sorgum.

Produksi jagung dalam negeri dapat dipacu untuk mensubstitusi kebutuhan tepung terigu atau gandum.

 BACA JUGA:Kementan: Kebutuhan Impor Gandum untuk Industri Mie dan Roti Sulit Teratasi

Karena untuk beberapa produk pangan minimal substitusi 30% dengan sumber pangan lokal.

Saat ini peningkatan produksi yang baik yaitu jagung.

"Kenapa jagung yang sudah ada tidak di dorong untuk ditingkatkan lagi produksinya," ujar Risfaheri dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (9/8/2022).

Selain jagung, sorgum dijadikan stok sebagai substitusi defisit gandum.

Asumsinya, impor gandum 10 juta ton kemudian substitusi 30% melalui kandungan lokal.

Kalau pakai sorgum dengan dua kali tanam setahun, maka membutuhkan lahan hampir 500 ribu hektar.

Begitu juga mendorong komoditas lain seperti ubi kayu yang produksinya mencapai 20-30 ton per hektar.

Pakar pertanian IPB University, Andreas Dwi Santoso mengatakan, tugas NFA memperkuat cadangan pangan nasional untuk komoditas harus di dorong.

NFA harus memiliki fungsi meningkatkan kesejahteraan petani, yang dapat menampung produk petani dengan harga yang pantas lalu menjual untuk kondisi tertentu dibawah harga pasar untuk stabilisasi harga.

“Dan ini harus ada biaya (cost) yang harus ditanggung NFA sehingga pemerintah perlu serius. Kalau tidak, NFA tidak akan mampu melakukan itu semua,” lanjutnya.

Dwi menjelaskan selama ini gejolak harga pangan hanya diatasi berdasarkan peraturan.

Misalnya kasus minyak goreng, keluar 8 aturan dan semuanya gagal, karena pemerintah tidak punya cadangan stok.

Ketika pemerintah punya cadangan dan harga minyak melonjak tinggi, stok tinggal digelontorkan untuk menekan harga minyak goreng di pasar.

“Ini mekanisme yang paling jitu mengatasi itu. Tapi kalau hanya mengatasi dengan peraturan yang hanya menakut-nakuti ya bubar semua itu,” pungkasnya.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya