Dia mengatakan bahwa sepanjang semester I/2022, BUMI mencatatkan pendapatan sebesar USD968,68 juta atau setara Rp14,45 triliun (kurs Rp14.925) meningkat 129,6% dari periode yang sama atau year-on-year (yoy). Pada semester I/2021, BUMI membukukan pendapatan sebesar USD421,86 juta atau setara Rp6,02 triliun (kurs Rp14.285).
Adapun laba bersih yang dicatatkan BUMI mencapai USD167,67 juta atau setara Rp2,5 triliun, meningkat 8.768% dari USD1,89 juta atau setara Rp27 miliar pada semester pertama 2021.
"Ini jelas sentimen positif bagi bumi resources," kata Wahyu saat dihubungi MNC Portal, Selasa (11/10/2022).
Di mengatakan bahwa sejak pandemi Covid-19 dan supply chain issues memicu booming komoditas global terutama di sektor energi kian menaik, termasuk batu bara.
"Walaupun saat ini terjadi koreksi harga dan potensi pelemahan demand terkait ancaman resesi global. Tapi tetap saja energi itu seksi. Buktinya OPEC sekarang malah mengurangi produksi dan memicu rebound oil. Eropa yang anti coal justru terpaksa ikut pakai coal juga sekarang," katanya.
Dia menilai, faktor utama kenaikan harga karena jarak atau gap antara permintaan batu bara dan pasokannya makin besar. Menurut dia, pasokan selalu statis atau bahkan menurun sementara permintaan makin besar di mana-mana.
"Nah, kalau Salim masuk ini adalah bagian dari respons terhadap potensi tersebut," ucapnya.
Sebagaimana diketahui, BUMI berencana menerbitkan 200 miliar saham baru di harga Rp120 per saham. Artinya, jika pemegang saham setuju dengan aksi korporasi yang memberikan efek dilusi hingga 58,8% tersebut, BUMI bakal meraup dana segar hingga Rp24 triliun.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)