Ciri khas Abdi Dalem Keraton Yogyakarta terletak pada pakaian. Pakaian atau busana khas Abdi Dalem disebut peranakan.
Peranakan berasal dari kata ‘diper-anak-kan’. Artinya menjadi Abdi Dalem akan dianggap seolah-olah satu saudara yang dilahirkan dari seorang ibu.
Semua Abdi Dalem pakaiannya sama dan menjalankan tugas tanpa mengenakan alas kaki.
Selain itu, Abdi Dalem wanita tidak boleh memakai perhiasan. Semua ini bertujuan untuk meniadakan perbedaan antara si miskin dan si kaya, sehingga semua Abdi Dalem setara kedudukannya.
Di samping itu, di dalam keraton, Abdi Dalem dipanggil dengan sebutan “kanca” yang berarti teman atau saudara.
Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu, Punakawan dan Kaprajan.
Abdi Dalem Punakawan merupakan abdi yang berasal dari kalangan masyarakat umum.
Abdi Dalem Punokawan adalah tenaga operasional yang menjalankan tugas keseharian di dalam keraton.
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Abdi Dalem Punakawan Tepas dan Abdi Dalem Punakawan Caos.
Abdi Dalem Punakawan Tepas mempunyai jam kerja selayaknya pegawai yang bekerja di kantor, sedangkan Abdi Dalem Punakawan Caos hanya menghadap ke keraton setiap periode sepuluh hari sekali.
Hal ini dilakukan untuk menunjukkan tanda hormat dan kesetiaan sebagai Abdi.
Sebelum secara resmi disahkan, calon Abdi Dalem akan menjalani proses magang selama 2 tahun.
Selama 2 tahun ini para abdi magang akan dinilai mulai dari rajin atau tidaknya untuk sowan ke keraton, tekatnya untuk mengabdi, serta bakat dan juga latar belakang pendidikan.
Setelah dinilai layak untuk menjadi Abdi Dalem baru kemudian diangkat melalui wisuda.
Wisuda Abdi Dalem dilaksanakan setiap 2 kali setahun, yaitu pada bulan Bakda Mulud dan Syawal.