JAKARTA - Sejumlah perusahaan di Inggris melakukan uji coba empat hari kerja dalam seminggu. Namun banyak perusahaan tidak menjadikan kebijakan tersebut untuk dipermanenkan.
Bahkan ada juga perusahaan yang lebih memilih penerapan bisa kerja di mana saja atau fleksibel yang diyakini membuat pekerjanya lebih sejahtera dan bahagia.
Misalnya penerapan sistem kerja yang dilakukan CEO Agensi Kreatif Amplitude, Jo Burns-Russell. Perusahaan yang berbasis di Northampton telah menjadikan empat hari kerja seminggu sebagai opsi.
Karyawan sekarang bisa bekerja secara fleksibel. Di mana pengurangan 35 jam seminggu yang dapat dibagi menjadi empat atau lima hari.
“Setelah uji coba, semua orang ingin melakukan minggu kerja yang lebih pendek secara berbeda,” katanya, dikutip dari BBC Indonesia, Selasa (25/4/2023).
“Daripada menentukan hari libur, lebih baik membiarkan orang memilih apa yang terbaik untuk mereka. Sebagai perusahaan dengan tim beranggotakan 12 orang, ini bekerja dengan baik,” tambahnya.
Jadi alih-alih pendekatan empat hari kerja dalam seminggu, Profesor di Sekolah Bisnis Universitas Newcastle, Abigail Marks percaya bahwa model minggu kerja yang dipersingkat dan fleksibilitas ini dapat memberikan keuntungan terbesar bagi tenaga kerja.
“Tanpa mengurangi intensitas beban kerja dan mengatasi kerja lembur secara lebih luas, empat hari seminggu berisiko besar meningkatkan beban kerja yang sudah intens,” katanya.
“Hari kerja enam jam mungkin lebih efektif daripada empat hari seminggu,” ujarnya.