JAKARTA - Peneliti yang juga mahasiswa Doktoral London School of Economic (LSE), Muhammad Yorga Permana, menyatakan bahwa kemitraan yang terjalin antara perusahaan aplikasi dengan pengemudi ojek daring sebagai ilusi.
Sebab, menurutnya, pihak aplikator seenaknya memperlakukan pengemudi - mulai dari melarang para driver untuk berdemonstrasi dan berserikat.
Kemudian berubah-ubahnya aturan soal bonus dan tarif lantaran tidak pernah didiskusikan dengan perwakilan pengemudi.
"Lalu juga aturan suspend dan putus mitra yang merugikan pengemudi tanpa memberikan ruang negosiasi atau dialog," jelasnya dikutip BBC Indonesia, Kamis (27/7/2023).
"Serta tidak dibatasinya bukaan untuk pengemudi baru," tambahnya.