Perkiraan tersebut menunjukkan hanya ada dua potensi penurunan suku bunga tahun depan, yang mana lebih kecil dari empat penurunan suku bunga yang diperkirakan pasar.
Selain itu, data yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan bahwa tingkat inflasi Inggris yang tinggi secara tak terduga melambat pada bulan Agustus, menimbulkan pertanyaan tentang seberapa tinggi bank sentral akan menaikkan suku bunganya.
BACA JUGA:
Pelaku pasar sangat condong ke arah kenaikan suku bunga BoE lagi pada hari Kamis untuk yang ke-15 kalinya, namun ekspektasi dengan cepat berubah setelah data tersebut.
Kemudian, fokus pasar juga tertuju pada langkah-langkah stimulus lebih lanjut dari Tiongkok, dengan Bank Sentral Tiongkok (PBOC) juga menyatakan siap untuk memberikan lebih banyak dukungan moneter, jika diperlukan.
Namun PBOC mempertahankan suku bunga pinjamannya tidak berubah pada hari Rabu, karena mereka kesulitan mencapai keseimbangan antara mendorong pertumbuhan ekonomi dan mencegah pelemahan yuan.
Dari sentimen internal, pelaku pasar merespon positif tentang laporan Pemerintah tentang penerimaan pajak negara sampai dengan Agustus 2023 mencapai Rp1.246,97 triliun atau 72,58 persen dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2023. Hal tersebut sesuai dengan target pemerintah dalam penerimaan pajak.
“Jumlah penerimaan pajak negara itu berasal dari PPh Non Migas sebesar Rp708,23 triliun, naik 7,06% atau mencapai 81,07 persen dari target APBN, PPN dan PPnBM sebesar Rp447,58 triliun atau naik 8,14% atau 64,28% dari target APBN,” jelasnya.
Kemudian, PBB dan pajak lainnya sebesar Rp11,64 triliun, turun -12,01 persen atau 29,10 persen dari target APBN dan PPh Migas sebesar Rp49,51 triliun, turun -10,58% atau 80,59% dari target APBN.
Ke depannya kinerja penerimaan pajak akan melambat dibandingkan tahun sebelumnya terutama disebabkan penurunan signifikan harga komoditas, penurunan nilai impor, dan tidak berulangnya kebijakan PPS.
Lebih lanjut, dari sisi jenis pajak seluruh jenis pajak masih tumbuh positif dengan dinamika periodik yang bervariasi. Secara rinci, PPh 21 tumbuh 17,4% sejalan dengan utilisasi tenaga kerja dan tingkat upah yang baik.
Kemudian, PPh OP tumbuh 2,2% dan PPh Badan tumbuh 23,2%, PPh 26 tumbuh 25,3%, PPN DN tumbuh 15,5%. Sedangkan, terjadi kontraksi pada PPh 22 impor sebesar -6,0%, PPh Final terkontraksi -39,4%, dan PPN Impor sebesar -4,7%.
Berdasarkan sentimen diatas, mata uang rupiah diprediksi bergerak fluktuatif untuk perdagangan besok dan kemudian ditutup menguat di rentang Rp15.350 - Rp15.410.
(Zuhirna Wulan Dilla)