Tak hanya China, situasi geopolitik di belahan negara lain juga harus dikaji dampaknya bagi Indonesia. Airlangga mengatakan, peperangan Rusia-Ukraina dan Hamas-Israel juga patut diantisipasi.
Langkah strategis harus diambil, lantaran geopolitik global yang kian memanas diperparah oleh krisis pangan yang terjadi saat ini, hal itu membuat beberapa negara menerbitkan larangan ekspor pangan. Salah satunya, India yang membatasi ekspor beras.
"Kemudian kita mendapatkan juga krisis pangan, di mana India melarang ekspor beras, India adalah eksportir terbesar beras hampir 20 juta (ton). Di sebelahnya West Africa biasanya impor 17 juta beras, sehingga tentu pangan menjadi sektor yang sangat penting untuk dunia," tutur dia.
Dari kondisi tersebut, lanjut Airlangga, International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2024 terkontraksi. Di mana, lembaga keuangan dunia itu merevisi pertumbuhan ekonomi global tahun depan dari 3% menjadi 2,9%.
"IMF baru saja merilis economic outlook dan di tahun 2024 direvisi ke bawah, dimana IMF menilai pertumbuhan ekonomi di 2024 dari 3% turun ke 2,9%. Kemudian, inflasi dan likuiditas menjadi isu yang harus segera diselesaikan," bebernya.
(Dani Jumadil Akhir)