Dampak Inflasi
Wakil Direktur Pelaksana IMF Gita Gopinath mengatakan perang bisa berdampak buruk terhadap perekonomian jika meluas.
“Jika hal ini berubah menjadi konflik yang lebih luas dan menyebabkan harga minyak naik, hal ini akan berdampak pada perekonomian,” katanya kepada Bloomberg Television, seraya menambahkan bahwa kenaikan harga minyak sebesar 10% dapat menekan produksi global sebesar 0,15 poin persentase secara tahunan.
Dalam World Economic Outlook terbaru, yang dirilis pada hari Selasa lalu, IMF mempertahankan perkiraan pertumbuhan PDB riil global pada tahun 2023 tidak berubah sebesar 3,0% tetapi memangkas perkiraan tahun 2024 menjadi 2,9% dari perkiraan bulan Juli sebesar 3,0%. Output dunia pun tumbuh 3,5% pada tahun 2022.
BACA JUGA:
Yellen mengungkapkan pada konferensi pers bahwa pendanaan untuk Ukraina dan sumber daya untuk Israel adalah prioritas utama bagi pemerintahan Biden.
Pesan tersebut juga bertujuan untuk meredakan kekhawatiran bahwa perang Gaza akan menyedot sumber daya yang sangat dibutuhkan oleh Kyiv untuk memajukan perjuangannya menentang invasi Rusia.
Di Washington, Gedung Putih menggambarkan diskusi aktif dengan Kongres mengenai pendanaan tambahan untuk Israel dan Ukraina.
Harga minyak mentah melonjak dan mata uang safe-haven seperti yen naik ketika pesawat tempur Israel membom lingkungan Gaza menjelang kemungkinan serangan darat dan kelompok penyerang kapal induk AS tiba di Laut Mediterania bagian timur.
Yellen mengakui potensi dampak guncangan eksogen terhadap perekonomian global, termasuk invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, namun meremehkan potensi perang Gaza yang akan berdampak buruk terhadap perekonomian global.
“Sejauh ini, saya kira kita belum melihat adanya indikasi bahwa hal ini akan menjadi sangat signifikan,” kata Yellen, seraya menambahkan bahwa ia terus memperkirakan akan terjadi penurunan perekonomian AS.
"Tentu saja situasi di Israel menimbulkan kekhawatiran tambahan. Saya tidak mengatakan bahwa soft landing adalah hal yang benar-benar pasti. Namun saya terus berpikir bahwa ini adalah jalan yang paling mungkin, karena ketahanan di pasar tenaga kerja dan tekanan upah yang moderat," ungkap Yellen pada sebuah pengarahan.
Presiden Bank Dunia Ajay Banga juga menuturkan pada konferensi pers terpisah bahwa konflik tersebut akan mempersulit jalur perekonomian global.
"Saya percaya bahwa perang merupakan tantangan yang sangat besar bagi bank sentral yang mencoba menemukan jalan keluar dari situasi yang sangat sulit, menuju soft landing," kata dia.
Opsi Sanksi
Yellen mengatakan dia belum bisa mengumumkan apakah AS akan menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran jika muncul bukti bahwa negara tersebut terlibat dalam serangan tersebut, dan mengatakan Washington juga menerapkan sanksi terhadap Hamas dan Hizbullah.
“Ini adalah sesuatu yang terus kami perhatikan, dan menggunakan informasi yang tersedia untuk memperketat sanksi,” katanya.
“Kami akan terus melakukan itu," bebernya.
Ketika ditanya apakah Washington dapat membatalkan keputusannya untuk mencairkan dana Iran sebesar USD6 miliar sebagai bagian dari pertukaran tahanan AS-Iran pada bulan September, Yellen mengatakan dana tersebut belum tersentuh, dan Washington tetap membuka opsinya.
“Ini adalah dana yang ada di Qatar yang disediakan semata-mata untuk tujuan kemanusiaan, dana yang belum tersentuh. Saya tidak akan mengesampingkan tindakan apa pun di masa depan,” tegas Yellen.
Sedangkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pihaknya belum melihat bukti bahwa Iran mengarahkan atau berada di balik serangan ini, namun yang pasti ada hubungan yang panjang.
(Zuhirna Wulan Dilla)