Dia mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini tengah memesan mesin operasi dengan kapasitas lebih besar guna meningkatkan produksi wood chip biomassa. Hal ini mengingat sumber daya yang melimpah di sekitar wilayah BBRB beroperasi.
Adit melanjutkan, selain warga yang datang meminta pekerjaan, tidak sedikit pula pemilik kebun karet yang hendak membersihkan lahan datang kepadanya. Pemilik kebun karet meminta agar BBRB dapat membersihkan kebun milik mereka karena hendak ditanami sawit.
Untuk membersihkan kebun, dia tidak memungut biaya. Sebaliknya kayu karet yang ditebang selanjutnya menjadi milik BBRB yang kemudian diolah menjadi wood chip untuk biomassa PLTU.
“Kayu karet yang bagus dijadikan papan oleh pemilik kebun. Namun jumlah kayu yang bagus bisa dijadikan papan tidak banyak. Sisanya kami olah jadi wood chip. Kami sebenarnya bisa ambil gratis sebagai upah membersihkan kebun. Namun kami tetap memberikan uang kerahiman pada pemilik kebun,” katanya.
Salah seorang pekerja BBRB Bayu Dwitya menyebutkan, program cofiring yang memproduksi wood chips biomassa PLTU Tembilahan banyak merekrut tenaga kerja lokal di desanya.
“Saya sangat mendukung program seperti ini karena tak perlu jauh-jauh merantau karena di kampung sendiri ada lapangan kerja,” ujar Bayu.
Bertugas sebagai operator pencacah kayu karet, kini Bayu mampu meningkatkan derajat hidupnya dan tidak lagi tinggal menumpang di rumah saudaranya.
Sekretaris Perusahaan PLN EPI Mamit Setiawan sebelumnya menyebutkan bahwa tahun ini pihaknya akan memasok 2,2 juta ton kebutuhan biomassa bagi 47 PLTU batu bara milik PLN Grup, naik 220% dibandingkan realisasi tahun 2023 sebesar 1 juta ton.
Dia mengatakan kebutuhan biomassa dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sebab, penggunaan biomassa ini mampu mereduksi emisi di PLTU, dan mengurangi porsi penggunaan energi fosil.
Reduksi emisi dari penggunaan biomassa di tahun 2024 ditargetkan bisa mencapai 2,4 juta ton CO2 ekuivalen. Meningkat dibandingkan realisasi penurunan emisi pada tahun 2023 sebesar 1,05 juta ton CO2 ekuivalen.
Mamit mengatakan kenaikan volume biomassa bagi pembangkit tidak perlu dikhawatirkan, sebab penggunaan biomassa tak akan mengerek biaya pokok produksi pembangkit. Harga biomassa bahkan 1:1 dengan batu bara, sehingga membuat biomassa sangat ekonomis digunakan.
"Saat ini harga batu bara 5 - 6 sen dolar AS (sekitar Rp7.795 - Rp9.354) per kilo Watt hour (kWh). Biomassa juga setara dengan itu. Jika dibandingkan dengan EBT lain, biomassa ini yang paling murah," kata Mamit.
(Taufik Fajar)