Dirut WIKA: Beban Bunga Proyek Kereta Cepat Whoosh Bikin Rugi Perusahaan

Iqbal Dwi Purnama, Jurnalis
Jum'at 12 Juli 2024 16:43 WIB
Kereta Cepat Jakarta-Bandung. (Foto: MPI)
Share :

JAKARTA - Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) Agung Budi Waskito menyatakan bahwa beban bunga utang proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung tergolong cukup tinggi. Hal itu praktis membebani kinerja keuangan perseroan dan berkontribusi dalam mencatatkan rugi pada tahun buku 2023.

WIKA sendiri membukukan utang sebesar Rp56 triliun hingga akhir 2023. Fundamental keuangan perusahaan bergejolak lantaran beban bunga akibat nilai utang bernilai fantastis. Hal tersebutlah lah yang membuat emiten konstruksi pelat merah ini menanggung kerugian sepanjang tahun lalu sebesar Rp7,12 triliun atau naik 11,86% dari rugi di 2022 yakni Rp59,59 miliar.

"Kita itu memang yang paling besar karena dalam penyelesaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Pak, yang memang dari penyertaan saja kita sudah Rp6,1 triliun, kemudian yang masih dispute atau kita belum dibayar sekitar Rp5,5 triliun, pak. Sehingga hampir Rp12 triliun," ujar Agung Budi di DPR, Senin (8/7/2024).

Agung mengaku, tingginya penyertaan untuk proyek kereta cepat ini membuat perseroan semakin rajin untuk menerbitkan obligasi untuk mendapatkan pinjaman. Bahkan total beban bunga yang ditanggung perseroan lewat penerbitan obligasi tembus Rp11 triliun.

"Sehingga memang dengan pinjaman yang cukup besar ini di dalam laporan tadi ada dua komponen," kata Agung.

"Pertama adalah beban bunga yang memang cukup tinggi. Yang kedua adalah beban lain-lain di antaranya mulai tahun 2022 itu kita juga sudah mulai mencatat adanya kerugian dari PSBI atau Kereta Cepat yang tiap tahun juga cukup besar, pak. Jadi kira-kira gitu, pak," jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, Agung menambahkan dalam proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung ini perseroan menjadi anggota konsorsium dibalik pembentuk PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

Selain WIKA yang memiliki saham sebanyak 39,12%, konsorsium itu juga melibatkan PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) dengan porsi kepemilikan 51,37%, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I dengan porsi 1,21%, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk dengan porsi 8,3%.

Selanjutnya, pada tahun 2015 PBSI dan Konsorsium asal China, Beijing Yawan HSR Co. Ltd, membentuk sebuah perusahaan patungan yang diberinama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

(Taufik Fajar)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Finance lainnya