JAKARTA - Anggaran perlindungan sosial (perlinsos) pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 sebesar Rp504,7 triliun. Anggaran perlinsos ini termasuk bansos hingga BLT.
“Perlindungan sosial anggarannya Rp504,7 triliun,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati belum lama ini.
Anggaran perlinsos ini tumbuh 1,6% jika dibandingkan dengan APBN 2024 sebesar Rp496,8 triliun.
Anggaran tersebut di antaranya digulirkan untuk kelanjutan berbagai program perlinsos, sinergi dan integrasi perlinsos dengan kartu kesejahteraan, penguatan perlinsos sepanjang hayat, serta penguatan graduasi kemiskinan yang dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat miskin dan rentan.
Secara rinci, target anggaran perlinsos mencakup Program Keluarga Harapan (PKH) untuk 10 juta keluarga penerima manfaat (KPM) dan program Kartu Sembako untuk 18,8 juta KPM.
Kemudian, Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi) bagi 42,4 ribu anak, 37,4 ribu lansia, dan 64,1 ribu penyandang disabilitas.
Anggaran juga digunakan untuk pelaksanaan tanggap darurat bencana melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan bantuan langsung tunai (BLT) desa untuk 2,96 juta KPM.
Dana perlinsos pun turut digunakan untuk subsidi, seperti subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis tertentu sebanyak 19,41 juta kiloliter, LPG 3 kilogram sebanyak 8.170 juta kg, serta subsidi bunga kredit usaha rakyat (KUR) untuk 7,05 juta debitur.
Program perlinsos menopang berbagai kelompok masyarakat, mulai dari kelompok miskin hingga kelas menengah.
Pemerintah telah menggelontorkan dana perlinsos sebesar Rp3.127,6 triliun sepanjang 2015-2023.
Menurut Menkeu, dana tersebut berhasil menurunkan tingkat kemiskinan dari 11,25% pada 2014 menjadi 9,03%, tingkat ketimpangan atau rasio gini turun dari 0,406 menjadi 0,379 dan pengangguran turun dari 5,9% menjadi 4,82%.
(Dani Jumadil Akhir)