Ini Sepak Terjang Tony Blair dan Ray Dalio yang Jadi Dewan Pengawas Danantara

Anggie Ariesta, Jurnalis
Jum'at 28 Februari 2025 20:03 WIB
Dewan Pengawas Danantara (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA - Eks PM Inggris Tony Blair dan investor kawakan Amerika Serikat (AS) Ray Dalio digadang-gadang masuk ke Dewan Pengawas Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

Kedua nama itu akan mendampingi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang bertindak sebagai Ketua, dan Muliaman Hadad sebagai Wakil, dan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati sebagai anggota Dewan Pengawas.

Muliaman Hadad sendiri enggan membantah isu masuknya Tony Blair dan Ray Dalio. Sekalipun dia menekan bahwa kabar ini akan diumumkan langsung oleh CEO Danantara/Menteri Investasi Rosan Roeslani. 

“Saya kira siapa pun dia, tapi yang penting kan paparan International Danantara harus kuat. (Alasan dua nama itu dipilih) iya mewakili pandangan global,” ujar Muliaman saat ditemui wartawan di kawasan Jakarta Pusat, ditulis Jumat (28/2/2025).

Lalu, bagaimana sepak terjang Tony Blair dan Ray Dalio yang diminati pemerintah untuk bergabung dengan organisasi Danantara?

1. Tony Blair 

Blair merupakan Mantan Perdana Menteri (PM) Inggris yang paling lama menjabat, yakni periode 1997-2007. Dikutip dari situs resmi pemerintah Inggris, satu dekade terakhir, Blair telah mengawasi proses perdamaian Irlandia Utara, reformasi publik, dan menanggapi serangan teroris 9/11 dan 7/7.

 

Anthony Blair lahir pada 6 Mei 1953 di Edinburgh. Setelah menempuh pendidikan di Universitas Oxford, Ia menjadi pengacara dan pada tahun 1983 terpilih menjadi anggota parlemen Partai Buruh untuk Sedgefield.

Blair segera dikenal sebagai anggota kelompok partai 'modernis' yang sadar diri (yang juga mencakup Gordon Brown dan Peter Mandelson), yang berusaha membuat Partai Buruh lebih dapat diterima oleh para pemilih dengan menolak hal-hal mendasar dengan serikat buruh, pelucutan senjata nuklir sepihak, kepemilikan publik, dan pajak yang tinggi.

Lalu, menyusul kematian mendadak pemimpin saat itu John Smith pada tahun 1994, Blair menjadi pemimpin Buruh setelah Gordon Brown mengundurkan diri dari Partai untuk menghindari perpecahan suara pro-modernisasi dalam menyuarakan suara kepemimpinan.

Blair dengan cepat memperoleh otoritas yang tidak perlu dipertanyakan lagi sebagai pemimpin, yang selanjutnya ditentukan oleh kemenangan telak Partai Buruh dalam pemilihan umum tahun 1997.

Pada usia 43 tahun, dia adalah Perdana Menteri termuda sejak Lord Liverpool pada tahun 1812. Blair berusaha untuk mempromosikan citra Inggris yang muda dan modern yang dilambangkan oleh BritPop, BritArt, dan Millennium Dome.

Beberapa kebijakan yang dikenal radikal, khususnya terkait reformasi konstitusi yang memberikan ukuran pemerintahan sendiri ke Wales dan Skotlandia. Namun janji untuk mereformasi layanan publik ternyata kurang mudah dilaksanakan, Blair terpilih kembali pada tahun 2001.

Di masa jabatannya yang kedua ini dia lebih bermasalah dan melukiskan isi dokumen Kanselir Gordon Brown. Pada tahun 2002-2003 Blair risiko otoritas pribadinya dengan mendukung "perang melawan teror" pemerintah AS, meskipun ada keresahan serius di partainya sendiri dan di masyarakat luas.

Kemudian Blair terpilih kembali pada tahun 2005, dalam masa jabatan ketiga berturut-turut yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi perdana menteri Partai Buruh. Pada tahun yang sama dia memimpin KTT G8 di Gleneagles dan fokus pada dua isu - perubahan iklim dan Afrika - yang telah menjadi prioritasnya.

Blair mengundurkan diri pada bulan Juni 2007 dan digantikan sebagai perdana menteri oleh Gordon Brown. Blair dan sekutunya berhasil membuat Partai Buruh dapat dipilih kembali, setelah hampir dua dekade beroposisi.

Bagi para pengkritiknya, pencapaian ini dicapai dengan mengorbankan prinsip-prinsip partai. Bagi para pendukungnya, dia adalah orang yang bersedia mengambil risiko ketidakpopuleran masyarakat dalam menerapkan kebijakan (terutama perang di Irak) yang menurutnya dapat diterima secara moral.

Blair pernah mengunjungi Jakarta pada tanggal 29 Maret 2006. Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama oleh Perdana Menteri Britania Raya ke Asia Tenggara dalam 21 tahun terakhir. Perdana Menteri Britania Raya yang terakhir mengunjungi Jakarta adalah Margaret Thatcher pada tahun 1985.

Selanjutnya bukan kali ini nama Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, erat kaitannya dengan apa yang dilakukan pemerintah Indonesia. Sebelumnya Tony Blair diminta membantu mempromosikan IKN ke dunia internasional.

Diberitakan sebelumnya, Blair menilai IKN adalah wujud dari semangat Indonesia. Inti dari kemajuan negara manapun adalah semangatnya dan dia melihat semangat Indonesia saat ini adalah semangat inovasi.

“Ini adalah tempat di mana hari ini orang ingin melihat sesuatu yang dilakukan dan ibu kota ini (IKN) bisa menjadi personifikasi dari evolusi semangat itu,” ucap Blair dalam acara Market Sounding IKN di Ballroom Djakarta Theater XXI, Selasa (18/10/2022).

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya