Industri Asuransi RI Tertekan, Hilirisasi Jadi Solusi 

Zefanya Hillary Siwalette, Jurnalis
Kamis 31 Juli 2025 13:45 WIB
Grafiik
Share :

JAKARTA — Industri perasuransian Indonesia saat ini tengah menghadapi tekanan yang serius. Tantangan ini bermula dari tingginya rasio klaim hingga keterbatasan mitigasi risiko, yang secara langsung dapat mengancam ketahanan keuangan nasional.

Salah satu faktor yang memperparah situasi adalah tingginya ketergantungan terhadap reasuransi luar negeri, yang berpotensi menambah tekanan pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).

Upaya efisiensi di sektor asuransi, khususnya asuransi kesehatan, sulit dilakukan karena kompleksitas ekosistem yang terlibat, mulai dari rumah sakit, tenaga medis, penyedia asuransi, hingga regulator.

Sementara itu, sektor asuransi kredit juga belum pulih dari bayang-bayang pengelolaan yang kurang bijak di masa lalu. Akibatnya, jumlah klaim terus meningkat dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap layanan asuransi pun menurun.

Kondisi ini mendorong perlunya pendekatan yang lebih strategis, salah satunya melalui hilirisasi sektor jasa keuangan, termasuk industri asuransi dan reasuransi. Konsep hilirisasi tidak hanya berlaku pada sektor sumber daya alam, tetapi juga menjadi kerangka penting dalam membangun industri keuangan yang lebih bernilai tambah, mandiri, dan tahan terhadap guncangan global.

Direktur Utama PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re, Benny Waworuntu, menjelaskan bahwa penguatan peran sektor hilir merupakan kunci dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional.

“Hilirisasi sektor keuangan akan meningkatkan nilai tambah dalam negeri, memperkuat ketahanan sistemik, dan mengurangi ketergantungan pada kapasitas asing,” ujarnya, Rabu (30/7/2025).

 

Isu keterbatasan kapasitas reasuransi nasional pun menjadi sorotan. Saat ini, penempatan reasuransi ke luar negeri masih mendominasi, yang tidak hanya menimbulkan risiko ekonomi, tetapi juga menghambat cita-cita kemandirian industri. Kekuatan keuangan domestik menjadi elemen krusial untuk mendukung proyek-proyek bernilai tinggi dan kompleks dalam kerangka hilirisasi.

Sementara itu, Direktur Pengembangan dan Teknologi Informasi Indonesia Re, Beatrix Santi Anugrah, menyampaikan bahwa strategi penguatan dilakukan melalui diversifikasi produk, digitalisasi, dan kemitraan regional.

“Kami sedang membangun ekosistem digital perasuransian yang lebih inklusif, untuk memperluas akses sekaligus memperkuat kepercayaan masyarakat,” jelasnya.

Konferensi IIC 2025 menjadi wadah diskusi lintas sektor yang membahas isu-isu krusial, mulai dari keterkaitan antara makroekonomi dan asuransi, sinergi sektor kesehatan dan perbankan, hingga pentingnya transformasi digital dalam menjawab tantangan industri.

Meskipun Indonesia Re menjadi tuan rumah dalam forum ini, industri perasuransian nasional tetap memerlukan reformasi struktural dan dukungan sistemik. Reasuransi nasional harus diperkuat sebagai solusi pengelolaan risiko agar mampu menopang keberlangsungan sistem keuangan nasional dan menjamin stabilitas ekonomi masa depan.

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya