Lebih lanjut, setelah kinerja operasional Whoosh semakin stabil, Toto menyarankan pemerintah mempertimbangkan opsi recycling aset melalui DMI (Dana Mitra Infrastruktur) atau INA (Indonesia Investment Authority). Skema ini memungkinkan investor baru masuk untuk mengambil alih sebagian porsi kepemilikan konsorsium BUMN di KCIC.
"Setelah operasi Whoosh membaik, recycling aset lewat DMI atau INA bisa menjadi salah satu way out. Dengan cara ini, bisa dicari investor baru untuk PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), sehingga porsi konsorsium BUMN di KCIC berkurang dan risiko keuangan menurun," kata Toto.
Sekadar informasi, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142 kilometer ini diresmikan pada Oktober 2023 dan menjadi yang pertama di Asia Tenggara. Meski dioperasikan secara komersial, proyek ini masih menghadapi tantangan pembiayaan akibat tingginya biaya konstruksi dan perubahan skema pinjaman sejak tahap awal.
Masalah utama yang mencuat adalah beban utang yang membengkak hingga mencapai sekitar Rp6,9 triliun yang harus ditanggung PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) kepada China Development Bank, selain biaya overrun proyek sekitar USD1,2 miliar atau hampir Rp20 triliun. Total nilai proyek yang membengkak kini mencapai sekitar USD 7,27 miliar atau Rp120 triliun. Pembangunan proyek ini sebagian besar berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB). Sejumlah opsi tengah dikaji, termasuk restrukturisasi pinjaman hingga penguatan modal konsorsium.
Toto berharap, dengan langkah restrukturisasi yang tepat dan dukungan kebijakan kelembagaan yang kuat, proyek kereta cepat ini bisa menjadi model pengelolaan infrastruktur transportasi yang berkelanjutan di masa depan.
(Dani Jumadil Akhir)