Rupiah Tertekan ke Rp16.728, Dipengaruhi Kebijakan The Fed

Anggie Ariesta, Jurnalis
Kamis 13 November 2025 15:46 WIB
Mata Uang Garuda turun 11 poin atau sekitar 0,07% ke level Rp16.728 per dolar AS. (Foto: Okezone.com)
Share :

JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah pada akhir perdagangan hari ini. Mata Uang Garuda turun 11 poin atau sekitar 0,07% ke level Rp16.728 per dolar AS.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan salah satu sentimen pelemahan rupiah datang dari faktor eksternal, yakni Dewan Perwakilan Rakyat AS telah mengesahkan RUU yang bertujuan untuk membuka pendanaan dan mengakhiri penutupan pemerintah terlama yang pernah ada, dengan Presiden Donald Trump kini siap menandatangani RUU tersebut menjadi undang-undang.

“RUU tersebut, yang akan menjaga pendanaan pemerintah hingga setidaknya 30 Januari, disahkan dengan suara 222 banding 209, dengan 216 anggota Partai Republik dan enam anggota Partai Demokrat mendukung RUU tersebut,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (13/11/2025).

Pengesahan RUU ini membantu menjernihkan ketidakpastian atas permintaan bahan bakar AS, mengingat penutupan tersebut menyebabkan ribuan pembatalan penerbangan di seluruh negeri. Berakhirnya penutupan juga akan memungkinkan rilis data ekonomi resmi AS, memberikan pasar kejelasan baru tentang konsumen bahan bakar terbesar di dunia.

Para pembuat kebijakan The Fed masih terbagi pendapat mengenai penurunan suku bunga di tengah kekhawatiran inflasi. Gubernur The Fed Stephen Miran menggambarkan kebijakan moneter AS terlalu ketat, terutama karena ia yakin meredanya inflasi perumahan akan mengurangi tekanan harga.

Sementara itu, Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, pada hari Rabu mengatakan bahwa ia lebih suka mempertahankan suku bunga tetap seperti saat ini sampai ada “bukti jelas” bahwa inflasi kembali ke target 2 persen The Fed.

Di Eropa, Moskow menyadari bahwa negara-negara Barat anggota NATO sedang mempersiapkan persenjataan untuk kemungkinan konfrontasi langsung dengan Rusia. Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan Moskow juga sepenuhnya siap menghadapi kemungkinan konflik semacam itu.

Peskov mengatakan ia sependapat dengan Presiden Serbia Aleksandar Vucic, yang memperingatkan bahwa militerisasi Eropa yang pesat membuat perang langsung antara Rusia dan NATO semakin tak terelakkan.

Dari sentimen domestik, pemerintah menargetkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026 sebesar 2,68 persen dari produk domestik bruto (PDB). Akan tetapi, bila mengacu pada target kinerja Kementerian Keuangan 2025–2029, target defisit tersebut berada di atas batas aman kisaran 2,45 persen hingga 2,53 persen dari PDB pada 2026.

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya