"Pemerintah Thailand punya kebijakan tahanan menjadi ABK kapal, karena tidak banyak orang Thailand yang mau jadi ABK. Selain tahanan, tenaga kerja ABK kapal Thailand itu dari Kamboja dan Myanmar," jelasnya.
Susi mengungkapkan, di Thailand banyak terdapat jumlah ABK asing dari Myanmar dan Kamboja mencapai 100.000 orang. Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak 1.185 orang bekerja di Benjina dengan identitas resmi dari imigrasi yang dikeluarkan oleh Thailand.
"Mereka tidak punya dokumen imigrasi, dan tinggal sudah cukup lama di Benjina. Saya bicara ini slavery, aparat bilang tidak ada slavery. Memang kejadian seperti itu. Kita minta maaf kepada dunia," pungkasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)