Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Menengok Krismon '97-98 di Kala Rupiah Terseok (2)

Rani Hardjanti , Jurnalis-Kamis, 30 Juli 2015 |06:49 WIB
Menengok Krismon '97-98 di Kala Rupiah Terseok (2)
Ilustrasi: Okezone
A
A
A

Seiring penarikan dana simpanan nasabah secara besar-besaran, para pemilik uang memburu dolar AS. Pemerintah merespons kondisi ini dengan menaikkan suku bunga simpanan.

Namun, upaya itu tidak menuai hasil memuaskan, karena masyarakat terus menarik dana mereka yang ada di bank-bank untuk ditukarkan dengan dolar AS. "Cadangan devisa yang tersedia akhirnya tidak cukup lagi untuk mempertahankan nilai tukar Rupiah," ujar Sigit, dalam buku 'Mimpi Punya Bank Besar'.

Hal tersebut memaksa pemerintah menempuh kebijakan mengambang-bebaskan nilai Rupiah dan mencabut intervention band pada 14 Agustus 1997. Selain itu, BI mengentervensi dengan menjual dolar AS di pasar forward dan spot. Langkah tersebut ditopang pula kebijakan kembali menaikan tingkat suku bunga dan pengetatan anggaran melalui pemberhentian pengeluaran anggaran rutin pemerintah.

Selain itu, menteri keuangan mengeluarkan instruksi kepada BUMN dan yayasan-yayasan milik pemerintah untuk menukar deposito mereka pada bank dengan membeli sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Penarikan dana Rupiah dari perbankan untuk ditukarkan dengan dolar AS mendorong perbankan menaikkan tingkat suku bunga simpanan Rupiah agar dapat mempertahankan nasabah.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement