Menurut Purbaya, yang paling mudah adalah bilateral swap bank sentral dengan bank sentral. Dirinya mencontohkan dengan Jepang hampir USD16 miliar dan dengan China nilainya pun hampir sama.
"Tapi kan follow up-nya belum terlalu clear sekarang. Kalau itu disiapkan harusnya sih second line defense kita bertambah," jelasnya.
Purbaya menambahkan, pilihan-pilihan ini tentu akan dipelajari baik oleh pemerintah dan tentu Bank Indonesia.
"Sebetulnya yang bagus multilateral yang dikhawatirkan belum semuanya meratifikasi. Jadi ada ekonom yang bilang mungkin enggak efektif yang bilateral lebih gampang lebih clear. Multi harusnya sih harus bisa jalan, tapi market belum clear, belum ada negara yang lets say krisis, minjem lewat multilataral agreement belum ada bukti bahwa itu bisa ditarik," tukasnya.
(Rizkie Fauzian)