JAKARTA – Indonesia yang rawan gempa tektonik dan gempa vulkanik memiliki teknologi warisan nenek moyang yang sangat bernilai yaitu rumah tahan gempa.
Konstruksi bangunan adat yang umumnya berupa rumah panggung mampu menahan guncangan saat gempa bumi terjadi. Hasil budaya suatu bangsa yang paling mudah dikenali antara lain adalah ada bangunan-bangunan yang digunakan untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari. Bangunan yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bangunan tradisional yang meliputi rumah adat (rumah ketua adat), bangunan ibadah, bangunan musyawarah (balai adat), lumbung padi, dan sebagainya; dan rumah-rumah masyarakat kebanyakan yang disebut rumah vernakular.
Rumah vernakular merupakan bangunan yang khas, unik, berbeda dengan yang lain. Keunikannya ada pada sistem struktur bangunannya yang non engineered. Diturunkan dari tradisi kuno, rumah mampu bertahan terhadap lingkungan fisik (iklim, gempa, dan angin) serta sesuai dengan keinginan masyarakatnya. Ketua Kelompok Keahlian (KK) Teknologi Bangunan Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB Sugeng Triyadi mengatakan, rumah vernakular di Nusantara ini sangat banyak ragamnya, mulai dari Sabang hingga Merauke.
“Ditambah lagi bahwa setiap etnis mempunyai rumah vernakular lebih dari satu,” ungkap dia saat dihubungi.
Dia mencontohkan rumah vernakular Batak ada banyak macamnya antara lain RumahBatakToba, Karo, danMandaling. Rumah vernakular Jawa ada rumah Yogyakarta, Jawa Timur, Kudus, Banyumas, dan sebagainya. Rumah vernakular Sunda ada rumah Kampung Dukuh, Kampung Pulo, Kampung Naga, dan sebagainya. Pengetahuan teknologi bangunan pada rumah vernakular merupakan pengetahuan turun-temurun dari nenek moyang yang secara trial and error disempurnakan.