“Mungkin saatnya kembali kepada kearifanlokal. Lebihnyaman, aman, dan murah,” ucap dia.
Rumah tahan gempa (RTG) diyakini mengurangi korban jiwa akibat bencana gempa bumi. Peneliti geoteknologi dan paleoseismologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto menjelaskan, RTG dirancang khusus, yakni konstruksi bangunan dibuat tidak permanen serta tembok yang dibuat ringan. Tak kalah penting, unsur strukturbangunansepertikolom rumah dan slope diperkuat, sementara unsur nonstruktur dibuat seringan mungkin seperti tembok.
“Di Jepang kebanyakan bangunan dibuat semipermanen di mana partisinya dibuat dengan bahan ringan,” jelas Eko.
(Widi Agustian)