Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kembangkan Mobil Listrik, Pemerintah Siapkan Izin hingga Insentif Pajak

Koran SINDO , Jurnalis-Sabtu, 22 Juli 2017 |15:00 WIB
Kembangkan Mobil Listrik, Pemerintah Siapkan Izin hingga Insentif Pajak
Foto: Okezone
A
A
A

JAKARTA– Pemerintah serius menghidupkan kembali proyek mobil listrik karya anak bangsa. Dukungan untuk mengembangkan program mobil ramah lingkungan itu, mulai perizinan hingga insentif pajak, sedang disiapkan.

Bahkan, pemerintah sudah membentuk tim lintas kementerian untuk merealisasikan ide besar tersebut. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memberikan dukungan penuh. Arahan pun sudah disampaikan bahwa penelitian atau pengembangan mobil listrik bisa segera dimulai.

“Menurut saya harus cepat karena sudah ada embrionya. Dahlan (mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan) pernah buat,” ujar Luhut di kantornya, Jakarta, kemarin.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyampaikan bahwa Indonesia memiliki putra-putri terbaik yang bisa mengembangkan mobil listrik dalam negeri. “Teknologi kan sekarang berkembang cepat, makanya kita jangan jadi market teknologi orang lain, itu aja. Di BPPT banyak orang pintar kan. Hebat-hebat doktor muda, tapi kadang kurang kita manfaatin,” ungkapnya.

Seperti diketahui, pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mobil listrik sempat dikembangkan. Adalah Menteri BUMN Dahlan Iskan yang begitu antusias mendorong pengembangan mobil listrik di Tanah Air. Namun, rencana tersebut pupus menyusul kecelakaan yang dialami Dahlan saat menjajal mobil-mobil sport listrik ‘Ferrari’ Tuxuci di Desa Ngerong, Magetan, Jawa Timur, Sabtu 5 Januari 2013.

Pascainsiden itu, proyek mobil listrik seperti menghilang. Sebenarnya proyek mobil listrik sudah digagas jauh-jauh hari. LIPI memulai riset pada 1997 yang menghasilkan prototipe mobil listrik yang kemudian dikembangkan untuk ambulans dan kendaraan untuk Polri. Pada perkembangannya, LIPI juga menghasilkan bus bertenaga listrik. Tak hanya itu, sejumlah perguruan tinggi juga mengembangkan mobil listrik, tapi baru sebatas konsep dan untuk kepentingan kompetisi internasional.

Sejumlah perusahaan swasta juga mengembangkan mobil ramah lingkungan ini. Salah satunya PT Great Asia Link (PT Grain) yang sudah menjual puluhan unit, antara lain dengan merek Ravi. Pelanggan utamanya BUMN, seperti PT PLN (Persero) dan PT Pelindo (Persero). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan akan ada peraturan presiden (perpres) mengenai pengembangan mobil listrik. Pemerintah pun telah membentuk tim berunsurkan Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian ESDM.

Hal ini berbarengan dengan disusunnya rancangan regulasi tentang Indonesia mendukung pengembangan mobil listrik untuk mengurangi emisi karbon dan mewujudkan bauran energi terbarukan 23% pada 2025. Menurut Jonan, bauran energi terbarukan tidak hanya diaplikasikan dalam penyediaan listrik, tetapi juga melalui transportasi yang akan berperan besar. Selain untuk menambah bauran energi, melalui kebijakan pengembangan mobil listrik ini, impor gas dan bahan bakar minyak akan dapat ditekan.

Dalam regulasi tersebut, pemerintah tidak memberikan kewajiban kepada PLN menjadi penyedia energi listrik. Pembuatan mobil listrik juga bergantung pada industri, namun Jonan berharap ada pabrik lokal di Indonesia yang siap memproduksi mobil listrik. Ada pun dukungan pemerintah terhadap pengembangan mobil listrik, salah satunya memberi insentif perpajakan agar harga mobil bisa dijangkau masyarakat.

“Mobil listrik Tesla seri yang paling besar kalau dilihat di banyak tempat seperti di Hong Kong, itu kalau masuk Indonesia dengan kebijakan fiskal dan perpajakan seperti sekarang, mungkin harganya bisa sekira Rp2 miliar atau lebih. Ya, enggak ada yang beli,” kata Jonan.

Jonan mempertimbangkan konsep penyediaan energi untuk mobil listrik dengan penyediaan baterai yang bisa dibeli di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).

“Teknologi baterai itu penting. Semua 6.000 SPBU di Indonesia nantinya bisa menyediakan baterai. Setiap mobil listrik masuk SPBU tidak untuk mengisi bahan bakar, tetapi mengganti baterai. Jadi, baterai daya kosong bisa dilepas, lalu menukarnya dengan baterai yang terisi. Konsumen harus membayar baterai tersebut,” katanya.

Ia menjelaskan sistem jual beli baterai untuk mobil listrik akan serupa dengan gas tabung. Yang mana pembeli hanya perlu membawa tabung kosong, lalu menukarnya dengan tabung berisi di SPBU mana pun, khususnya milik dan bekerja sama dengan Pertamina. Menurut Jonan, penjualan baterai di SPBU akan lebih efektif dan efisien karena pemilik mobil listrik tidak perlu mengisi ulang daya terlalu lama di SPBU.

Jonan menilai pengembangan mobil listrik menjadi potensi yang besar bagi Indonesia, khususnya PLN. PLN tidak hanya melayani konsumen rumah tangga, pabrik, dan bisnis tetapi juga melayani sektor transportasi. Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero Sofyan Basir mengatakan, PLN menyambut baik rencana pemerintah mengembangkan mobil listrik di Indonesia. PLN juga siap-siap membantu pemerintah untuk mewujudkan rencana tersebut.

Sofyan berujar, sistem ketenagalistrikan PLN saat ini sudah mampu memproduksi listrik, termasuk untuk kebutuhan mobil listrik. Selain itu, infrastruktur penunjang lainnya seperti charging yang berada di jalan-jalan umum juga sudah siap. “Pasokannya juga sangat cukup jadi kita tidak perlu khawatir,” ujar Sofyan.

2 Juta Unit di Seluruh Dunia

Laporan terbaru International Energy Agency (IEA) mengungkapkan populasi mobil listrik di seluruh dunia telah melampaui angka 2 juta unit. Kalau dibandingkan dengan pasar automotif secara keseluruhan di skala global, tentunya angka tersebut belum seberapa, tapi di beberapa negara popularitasnya bertambah. Menurut IEA, Norwegia menjadi negara dengan pangsa terbesar untuk kendaraan ramah lingkungan yakni sekira 37% dari populasi mobil baru, diikuti Belanda 6,4%, dan Swedia 3,4%.

Berikutnya angka kisaran 1,5% untuk mobil listrik terdapat di pasar automotif China, Prancis, dan Inggris. Namun jika berdasarkan volumenya, China tentu berada di angka tertinggi jumlah unit mobil listrik terjual. Sementara itu, hingga Desember 2015, lebih 30 model mobil penumpang listrik dan mobil van listrik yang secara resmi beroperasi di jalanan secara global. Total penjualan mobil listrik secara global mencapai tonggak sejarah baru dengan total terjual 1 juta unit pada September 2016.

Perkembangan mobil listrik semakin pesat sejak awal 1990-an ketika California Air Resources Board (CARB) mendorong hadirnya mobil rendah emisi dan hemat bahan bakar, termasuk mobil listrik. Sebagai respons atas seruan itu, berbagai perusahaan automotif mengembangkan model mobil listrik, termasuk Chrysler TEVan, truk pikap Ford Ranger EV, GM EV1, dan pikap S10 EV, Honda EV Plus hatchback, Nissan Altra EV miniwagon, serta Toyota RAV4 EV.

Perusahaan mobil listrik California, Tesla Motors, mulai mengembangkan produknya pada 2004 di Tesla Roadster dan pertama kali dikirim ke konsumen pada 2008. Roadster menjadi mobil listrik pertama yang menggunakan baterai lithium-ion dan produksi pertama mobil listrik untuk perjalanan lebih dari 320 km per satu kali pengisian listrik.

Berbagai mobil listrik juga dirilis ke pasar antara 2010 dan Desember 2016 antara lain Mitsubishi i-MiEV, Nissan Leaf, Ford Focus Electric, Tesla Model S, BMW ActiveE, Coda, Renault Fluence Z.E., Honda Fit EV, Toyota RAV4 EV, Renault Zoe, Roewe E50, Mahindra e2o, Chevrolet Spark EV, Fiat 500e, Volkswagen e-Up!, BMW i3, BMW Brilliance Zinoro 1E, Kia Soul EV, Volkswagen e-Golf, Mercedes-Benz B-Class Electric Drive, Venucia e30, BAIC E150 EV, Denza EV, Zotye Zhidou E20, BYD e5, Tesla Model X, Detroit Electric SP.01, BYD Qin EV300, Hyundai Ioniq Electric, dan Chevrolet Bolt EV.

Saat ini Nissan Leaf menjadi mobil listrik dengan penjualan terbaik secara global, mencapai 200.000 unit pada Desember 2015 atau lima tahun setelah peluncuran. Pada waktu yang sama, Renault-Nissan Alliance juga menjadi manufaktur mobil listrik seluruhnya dengan penjualan terbaik mencapai 300.000 unit kendaraan secara global. Pada Desember, Tesla Motors menempati peringkat kedua sebagai manufaktur mobil listrik terlaris di dunia setelah Nissan.

Produk Tesla terjual lebih dari 186.000 mobil listrik secara global sejak pengiriman pertama Tesla Roadster pada 2008. Tesla Model 3 diluncurkan pada 31 Maret 2016, dan lebih dari 325.000 unit mobil dipesan pada pekan pertama sejak pemesanan dibuka. Para konsumen harus membayar uang muka USD1.000 untuk memesan mobil listrik tersebut. Penjualan Tesla Model S mencapai 150.000 unit pada November 2016.

Adapun BMW menempati peringkat ketiga sebagai manufaktur mobil listrik terlaris di dunia dengan lebih dari 65.000 unit mobil i3s terjual pada Desember 2016, termasuk varian Rex. Posisi keempat ditempati Mitsubishi Motors dengan penjualan global sekitar 50.000 mobil listrik antara Juli 2009 dan Juni 2015, termasuk varian Peugeot iOn dan Citroën C-Zero yang terjual di Eropa dan lebih 7.000 unit Mitsubishi Minicab MiEV di Jepang pada Desember 2015.

Berbagai negara juga mendorong produksi mobil listrik sebagai bentuk kebijakan ramah lingkungan. Awal bulan ini Prancis menyatakan rencananya menghentikan penjualan mobil berbahan bakar bensin dan solar pada 2040. Langkah serupa ditempuh India pada 2030 dan Norwegia 2025 yang mencanangkan visi transportasi masa depan dengan seluruhnya menggunakan energi listrik.

(Rizkie Fauzian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement