JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, krisis keuangan global pada tahun 2007 hingga 2009 yang lalu memperlihatkan bahwa mesin pertumbuhan ekonomi dunia yang semula digerakkan oleh negara-negara maju, saat ini sudah bergeser ke negara-negara emerging seperti China, India, dan Indonesia.
"Saat ini, ekonomi Indonesia telah melanjutkan perbaikan dengan mencapai pertumbuhan 5,01% year on year (yoy) pada triwulan pertama tahun 2017. Sejalan dengan itu nilai tukar rupiah terus terjaga serta memiliki kinerja terbaik di kawasan," ungkap Agus Martowardojo di Gedung BI, Jakarta, Senin (24/7/2017).
Mantan Menteri Keuangan ini juga menjelaskan bahwa cadangan devisa Indonesia juga terus meningkat dan mencapai USD123,09 miliar hingga Juni 2017. Berbagai pencapaian ekonomi ini didukung dengan penguatan fundamental perekonomian yang telah memberikan keyakinan kepada investor dan lembaga rating Internasional seperti Fitch dan Moody's untuk memberikan afirmasi peringkat investment grade yang sudah diberikan sejak 2011 dan awal 2012.
Selain itu, kinerja perekonomian yang solid dan berdaya tahan, juga telah mendorong Standard and Poor’s untuk turut memberikan peringkat investment grade kepada Indonesia sejak 19Mei2017. Namun, berbagai prestasi dan peningkatan kondisi perekonomian tersebut masih belum diikuti oleh pembangunan ekonomi yang optimal
"Hal ini tercermin dari masih tingginya kesenjangan pendapatan antar lapisan masyarakat. Studi Bank Dunia pada tahun 2016 memperlihatkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang harus memperhatikan masalah kesenjangan secara lebih baik lagi," jelas Agus.
Menurutnya, dari data, Indeks Gini Indonesia masih tercatat sebesar 0,394 di pengujung 2016. Meskipun sudah sedikit membaik dari Indeks Gini di awal 2016 yang tercatat sebesar 0,397. Dirinya menilai, kondisi ini menjadi salah satu permasalahan utama yang harus diatasi guna mewujudkan perekonomian yang tumbuh berkualitas dan berkesinambungan.
"Untuk menjawab permasalahan tersebut, dibutuhkan suatu sistem ekonomi yang inklusif, yang dapat secara aktif melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam pergerakan roda perekonomian. Kami meyakini, suatu sistem ekonomi yang berlandaskan nilai-nilai syariah yang menjunjung tinggi keadilan, kebersamaan, dan keseimbangan dalam pengelolaan sumber daya titipan Allah, akan menjadi salah satu jawaban yang tepat," tukasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)