Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

72 Tahun Kemerdekaan, Kesempatan Kerja hingga Penurunan Daya Beli Masih Jadi Tantangan!

Feby Novalius , Jurnalis-Rabu, 16 Agustus 2017 |10:28 WIB
72 Tahun Kemerdekaan, Kesempatan Kerja hingga Penurunan Daya Beli Masih Jadi Tantangan!
Foto: Antara
A
A
A

JAKARTA - Di tahun ke-72 Kemerdekaan Indonesia ini, bangsa sedang menghadapi tantangan yang tidak mudah. Meski kinerja pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi) patut diapresiasi, namun Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) masih menerima keluhan-keluhan yang disampaikan masyarakat.

Dalam pidato pembuka, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan menyampaikan atas nama rakyat Indonesia menyatakan terima kasih dan memuji prestasi, capaian, dan keberhasilan pemerintah. Namun demikian, MPR juga menyampaikan hal-hal yang masih dikeluhkan masyarakat.

Baca juga: 3 Tahun Jokowi-JK: Fokus Pemerataan Ekonomi, Biar Rakyat Papua Bangga dengan Tanah Air

"Mereka menyampaikan keluhan tantangan kesempatan kerja, penurunan daya beli, kebebasan berekspresi dan menyampaikan pendapat," ujarnya di Ruang Rapat Paripurna I DPR RI, Jakarta, Rabu (16/7/2017).

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik mencatat penurunan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal II yang tumbuh 4,95%. Angka ini jauh lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama di 2016 sebesar 5,07%.

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro angkat bicara mengenai penurunan konsumsi masyarakat di tengah pertumbuhan ekonomi sekarang 5,01%.

Baca juga: Kompak! Menteri Ekonomi Kawal Jokowi Bacakan Pidato Kenegaraan di DPR

Menurut dia, ada yang perlu diperhatikan utamanya dari perolehan data yang diterima Badan Pusat Statistik (BPS) terkait konsumsi ini. Di mana ada transaksi pembelian informal secara digital yang ternyata banyak dilakukan oleh masyarakat.

Dia mencontohkan, media sosial Instagram yang diketahui sebenarnya hanya untuk mengupload suatu foto. Namun kemajuan teknologi di era digitalisasi tersebut membuat masyarakat justru melakukan promosi sesuatu yang bisa diperjualbelikan kepada masyarakat lainnya.

Baca Juga: Hari Ini! Presiden Jokowi Dikawal Menteri Kabinet Kerja Beberkan Pertumbuhan Ekonomi 2018 di DPR

"Misalnya promosi kue untuk Lebaran dan orang akhirnya beli dan itu menjadi transaksi online tapi informal karena dia bukan perusahaan, dia enggak punya .com dan enggak tercatat dimana-mana. Tapi dia jual beli dan itu cukup besar,"ujarnya.

Sebenarnya apa yang dilakukan dengan berjualan barang di media sosial sama saja dengan kegiatan ekonomi saat masyarakat berjualan dari mulut ke mulut. Hal ini sama-sama masuk ke dalam kegiatan ekonomi yang informal.

"Kalau kita pesan kue kering waktu Lebaran dari tetangga kita atau dari teman atau direkomendasi itu adalah transaksi informal tapi tidak online berdasarkan mulut ke mulut. Nah sekarang ini karena mulut ke mulut sudah digantikan sangat baik oleh online maka mau tidak mau tetap informal,"ujarnya.

Namun kegiatan berjualan dengan media sosial ternyata semakin sulit terlacak kegiatan jualannya, tapi di sisi lain ada kemudahan untuk melacak transaksi secara elektronik. Misal dengan melihat adanya aliran dana masuk yang dilakukan lewat kartu kredit dan transaksi pembayaran lainnya.

"Nah disitulah tentunya kita harus benar-benar menyikapi. Mungkin ada penurunan daya beli, kita tidak bisa pungkiri kalau konsumsi turun. Pertanyaannya sekarang BPS sudah menangkap belum semua transaksi konsumsi yang terjadi?,"tanya dia.

(Rizkie Fauzian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement