JAKARTA – Isi ulang uang elektronik tengah menjadi polemik di kalangan masyarakat. Banyak pihak menilai pengenaan biaya isi ulang ini membebankan masyarakat. Apalagi, Oktober mendatang pemerintah mewajibkan masyarakat membayar tol secara nontunai.
Bukan tidak mungkin kebijakan tersebut membuat jumlah uang elektronik yang beredar di Indonesia semakin banyak. Di balik pro dan kontra pengenaan biaya isi ulang uang elektronik, ternyata perbankan memiliki kesulitan tersendiri dalam membangun bisnis ini. Salah satunya, investasi dan biaya operasional yang besar.
Baca Juga: Isi Ulang Uang Elektronik Kena Biaya, YLKI: Sungguh Tidak Adil!
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja merincikan, dalam membangun bisnis uang elektronik, butuh dana yang tidak sedikit. Tercatat, BCA memiliki produk uang elektronik bernama kartu Flazz yang saat ini jumlahnya mencapai 12 juta kartu.
“Investasi sekitar Rp133 miliar dan pengeluaran operasional sekitar sudah Rp330 miliar dalam 10 tahun terakhir,” kata Jahja kepada Okezone.