"Mereka menawarkan untuk ditukar dengan tekstil, alas kaki, dan pakaian, yang bea masuknya juga menjadi nol persen,” ujarnya.
Menurut Airlangga, pembebasan bea masuk tersebut menjadi peluang besar bagi industri Indonesia untuk terus tumbuh dan berkembang. Misalnya di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT).
"Saat ini, Tiongkok dan Vietnam sudah dikenakan nol persen, sedangkan ekspor produk tekstil Indonesia ke Amerika dan Eropa masih kena bea masuk 5-20% . Dengan pembebasan bea masuk ini, industri kita akan semakin kuat," ungkapnya.
Airlangga berharap, kolaborasi ini dapat lebih meningatkan daya saing dan produktivitas bagi sektor manufaktur nasional melalui penyediaan bahan baku berkualitas. Pasalnya, selama ini Indonesia masih banyak dikenakan tarif bea masu ke pasar tradisional seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa.
“Ini karena kita punya daya saing tinggi, sehingga mereka pasang barikade juga,” jelasnya.