Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

2018 Diprediksi Jadi Tahun Emas untuk Ekonomi Kreatif

Koran SINDO , Jurnalis-Senin, 18 Desember 2017 |14:49 WIB
2018 Diprediksi Jadi Tahun Emas untuk Ekonomi Kreatif
Ilustrasi: (Foto: Okezone)
A
A
A

“Contoh terbaik dari kekuatan ekraf Indonesia ialah saat novel Andrea Hirata sangat laris sehingga dibikin film dan akhirnya menghidupkan perekonomian di Belitung. Kami ingin mendorong nilai tambah selain kreativitas sehingga menghasilkan multiplier effect yang besar untuk masyarakat,” ujarnya.

Dengan ditunjang ilmu, teknologi, pengetahuan, informasi, dan inovasi yang mumpuni, ekraf mampu memberikan dampak yang besar. Menurut hasil riset gabungan yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bekraf pada 2015, sektor ekraf berhasil menyerap 15,9% tenaga kerja dan menyumbangkan nilai ekspor sebesar USD19,4 miliar.

Untuk mengembangkan potensi ekraf, Bekraf merangkul 16 subsektor usaha kreatif dalam arah kebijakan ekraf yang terdiri atas kreasi, produksi, distribusi, konsumsi, dan konservasi untuk menciptakan ekosistem yang baik di masa depan.

Baca Juga: Bekraf: Ekonomi Kreatif Sumbang Rp990,4 Triliun

Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo mengatakan, pihaknya berhasil menyalurkan Rp4,2 triliun atau 859,53% di atas target untuk penyaluran modal dari perbankan kepada 2.600 pelaku ekraf. Nilai ini sekaligus mencatatkan per tumbuhan hingga 130% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagai pihak yang mempertemukan pemilik dana dengan pelaku usaha ekraf, pihaknya berhasil juga mempertemukan modal Rp96,75 miliar dari sumber nonbank ke 1.092 pelaku ekraf. “Per mo dal an dari bank tahun 2016 mencapai Rp4,2 triliun dari bank konvensional dan Rp77,2 miliar dari perbankan syariah. Aktivitas permodalan berhasil meningkat untuk pelaku ekraf,” ujar Fadjar.

Direktur Perencanaan & Operasional BNI Bob Tyasika Ananta mengatakan, perbankan membutuhkan skema permodalan yang sesuai untuk mendorong penyaluran kredit bagi ekraf. Meskipun ingin memperbesar porsi kredit industri kreatif, pihaknya juga harus menjaga prudential atau keamanan bisnisnya.

Dia menilai intervensi pemerintah seperti kredit usaha rakyat (KUR) dibutuhkan sehingga perbankan lebih percaya diri untuk membiayai. “Kami baru fokus di subsektor kuliner, fashion , dan digital. Bank coba cari bentuk optimal dan harus dilihat peluang. Kami akan masuk dengan selektif,” ujar Bob.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement