Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Industri Kerajinan Makin Bertaji, Ekonomi Kreatif Bisa Jadi Poros Baru

Koran SINDO , Jurnalis-Senin, 18 Desember 2017 |15:00 WIB
Industri Kerajinan Makin Bertaji, Ekonomi Kreatif Bisa Jadi Poros Baru
Foto: Koran SINDO
A
A
A

JAKARTA - Pada 2015 Produk Domestik Bruto (PDB) sektor ekonomi kreatif mencapai Rp852 triliun. Kontribusi sebesar itu sejalan dengan upaya pemerintah mendorong sektor ekonomi kreatif dalam negeri untuk berkiprah lebih luas di pasar global.

Ekonomi kreatif diyakini mampu menjadi poros ekonomi terbaru Indonesia. Beberapa tahun belakangan ini, industri kreatif menyumbang pemasukan yang tidak bisa dianggap remeh bagi negara. Tak terkecuali industri kerajinan atau kriya.

Dua tahun lalu dari total PDB ekonomi kreatif sebesar Rp852 triliun, 15,7% di antaranya disumbang dari industri kerajinan. Sementara itu, dari total ekspor pada 2015 sekitar Rp19,4 miliar, industri kerajinan berkontribusi 37% di antaranya dengan ekspor terbesar ke Amerika Serikat.

Baca Juga: 2018 Diprediksi Jadi Tahun Emas untuk Ekonomi Kreatif

Produk-produk kriya Indonesia terkenal dengan ”buatan tangannya”, dan memanfaatkan hal tersebut sebagai nilai tambah sehingga bisa dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi. Namun, tidak cukup hanya bermodal itu untuk dapat menembus pasar internasional.

Baca Juga: Wih, Ekonomi Kreatif Sumbang PDB hingga Rp1.000 Triliun

Dibutuhkan berbagai elemen lain yang saling bersinergi sehingga akhirnya produk lokal dapat sejajar dengan produk luar negeri. Pemerintah melalui Bekraf mengangkat potensi industri kriya ini dengan mensinergikan arah kebijakan ekonomi kreatif yang terdiri dari kreasi, produksi, distribusi, konsumsi, dan konservasi untuk menciptakan ekosistem yang baik pada masa depan.

Baca Juga: Industri Animasi Kesulitan Cari Pendanaan untuk Kekayaan Hak Intelektual

Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Santosa Sungkari mengatakan, kelima hal ini memiliki permasalahan masing-masing, itulah yang coba diatasi oleh Bekraf. Dari segi produksi kreasi misalnya, kebanyakan produk kriya lokal hanya menjiplak produk pada masa lalu. Padahal, kreativitas dibutuhkan untuk bertahan dan permintaan pasar juga tidak bisa diabaikan.

Bekraf kemudian mendatangkan desainer untuk memberikan pelatihan kepada para perajin yang ada di segenap daerah. ”Akhirnya produk kriya difokuskan pada tiga aspek, yaitu untuk suvenir, home appliance , dan education toys . Ketiga item ini banyak mendapat permintaan dari pasar,” kata Hari.

Lain lagi dengan kendala di bidang produksi, umumnya para perajin masih kesulitan memproduksi produk dalam kuantitas banyak. Di sinilah perlunya sentuhan teknologi, Bekraf menyediakan alat produksi agar kuantitas dan kualitas dapat terpenuhi. Perajin juga diminta untuk memasarkan produknya secara daring lewat e-commerce , bukan hanya mengandalkan toko offline.

Baca Juga:  Industri Kreatif Akan Serap 16,7 Juta Tenaga Kerja

Dengan begitu, jangkauan pasar akan lebih luas, tidak hanya masyarakat sekitar. Lebih jauh, menurut hasil riset gabungan yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bekraf pada 2015, sektor ekonomi kreatif berhasil menyerap 15,9% tenaga kerja. Untuk mengembangkan potensi ekonomi kreatif , Bekraf merangkul 16 subsektor usaha kreatif.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement