JAKARTA - Rencana pembentukan induk usaha energi memberi sentimen negatif terhadap pergerakan harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk ( PGAS). Sejak rencana itu mulai kencang dihembuskan Kemenenterian BUMN tahun lalu, PGAS terhitung turun 42,6% sepanjang tahun.
Head of Research Infinitum Advisory, Agustini Hamid menyampaikan investor menghindari saham-saham yang memiliki banyak risiko pasar seperti risiko politik. Dalam hal ini, gerak PGAS terganggu oleh risiko tersebut.
“Saham komoditas seperti PGAS lebih terdampak dari resiko pasar termasuk di dalamnya risiko politik yang tidak bisa investor hindari,” kata Agustini di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (19/12/2017).
Baca Juga: BEI Perkirakan Aturan Penjatahan Saham IPO Kelar Kuartal I-2018
Resiko politik yang dia maksud, terkait dengan perubahan kebijakan terkait langsung dan tak langsung terhadap pendapatan PGAS dan akan berdampak harga sahamnya.
“Misalnya fraud di Laporan keuangan PGAS pada tahun lalu yang menurut saya bukan keinginan manajemen tapi lebih penyesuaian terhadap kebijakan pemerintah,” terang dia.
Ia menjelaskan, bisnis usaha PGAS terdiri dari lini bisnis yakni transmisi dan distribusi. Hanya saja kedua bisnis tersebut terkait dengan kebijakan pemerintah. Hal itu akan berpengaruh pada operasional dan laporan keuangannya
“Kalau laporan keuanganya terganggu pasti akan berpengaruh pada sahamnya,” kata dia.
Baca Juga: Kejar Kapitalisasi Rp10.000 Triliun, Dirut BEI: Yang Penting Tambah Jumlah Emiten
Apalagi rencana pemerintah akan mengalihkan saham milik pemerintah ke PT Pertamia, kata dia, akan menambah keraguan bagi investor. Pasalnya, PT Pertamina bukanlah perusahaan tersebut, sehingga laporan keuangan calon induk usaha BUMN energy tersebut sulit didapat oleh investor.
“Kita (investor) tidak tahu laporan keuangan Pertamina seperti apa karena mereka bukan perusahaan publik,” pungkas dia.
(Dani Jumadil Akhir)