MANADO - Menjelang akhir tahun semua instansi keuangaan baik pemerintah dan swasta akan melakukan tutup buku. Sebuah ritual fiskal tahunan dalam rangka melakukan evaluasi lembaga. Di luar sisi perbankan, pemerintah juga melakukan sebuah evaluasi atas indikator kesejahteraan.
Banyak para pengamat ekonomi dalam dan luar negeri yang sudah mengingatkan untuk Indonesia agar tidak terjebak dengan pendapatan kelas menegah (middle income trap). Jebakan pendapatan kelas menengah adalah sebuah situasi jika pendapatan di atas USD5.000 per kapita.
Baca Juga: Laporan Forum Ekonomi Dunia: 10 Tahun Pasca-Krisis Global, Sistem Keuangan Belum Pulih
Hal ini terjadi pada negara Korea Selatan, dan Amerika Latin misalnya, dalam dampak langsungnya adalah pertumbuhan ekonomi bertambah, namun kesenjangan ekonomi kian lama berjarak. Hal inilah yang menyebabkan jurang kemiskinan semakin ekstrem, dan pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati lapisan atas sebagai penerima potongan kue ekonomi paling besar.
Sebagai Fungsionaris Partai Perindo yang mengemban tanggung jawab sebagai Ketua Bidang Energi dan Industri, Hendrik Kawilarang Luntungan (HKL) memaparkan situasi ekonomi mikro dan makro terkini.
Dirinya menjelaskan bahwa Indonesia kini sudah cukup baik pertumbuhan ekonomi semenjak pemerintahan Presiden Jokowi, ada di median 5% per tahun. Secara rasio pendapatan sudah pada nilai USD3.600 per kapita. Itu tandanya rentan dengan jebakan pendapatan kelas menengah. Presiden Jokowi, patut mempertimbangkan hal tersebut. Karena dalam praktek di Korea Selatan pemerintah terjebak pada nilai USD5.000 - USD10.000 per kapita.