Dengan jaminan stabilitas politik dan ekonomi selama tahun politik, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada pelaku usaha dan investor untuk tidak lagi menunggu dan menunda investasinya di tahun politik. Pasalnya, tahun politik hampir terjadi di setiap tahun karena selalu ada Pilkada di berbagai daerah.
"Tapi pertanyaan sekarang, kalau mau wait and see, sampai kapan?" kata Presiden.
Meski begitu, khusus untuk tahun 2018 nanti Dirut BEI mengingatkan adanya potensi risiko likuiditas yang mengancam terkait biaya pilkada serentak pada 171 daerah yang ditaksir mencapai Rp45 triliun, apalagi momentumnya bersamaan dengan pembayaran pajak sehingga berpotensi terjadi penarikan dana besar di perbankan.
Dengan adanya dua agenda besar yang diselenggarakan hampir serentak itu, Tito mengkahwatirkan adanya dana yang ditarik keluar dari perbankan. Namun, dia belum dapat membayangkan kondisi di pasar modal sendiri.
"Terus terang kejadian ini kita belum ada pengalaman," kata Tito.
Tito menargetkan nilai kapitalisasi pasar modal dapat mencapai Rp10.000 triliun dalam dua tahun mendatang. Target tersebut dapat dicapai apabila sembilan anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi perusahaan terbuka.
Kapitalisasi pasar juga diperkirakan bakal mencapai Rp10.000 triliun apabila perusahaan asing yang mencari keuntungan di Indonesia namun masih tercatat di pasar modal luar negeri juga go public di pasar modal Indonesia. Tito mencatat jumlah perusahaan yang dimaksud mencapai 52 perusahaaan. "Prediksi sih dalam dua tahun tercapai. Tapi kalau dibantu semua stakeholder pemerintah di pasar modal, bisa dapat Rp10.000 triliun," kata dia.
Sementara itu, rata - rata nilai transaksi harian ditargetkan mencapai Rp9 triliun. Apabila transaksi harian mencapai Rp9 triliun, maka Tito optimis kapitalisasi pasar BEI akan mencapai Rp7.000 triliun.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso yakin penguatan akan terulang di tahun ini. Wimboh optimis bahwa IHSG tahun 2018 masih berpeluang mencatatkan kenaikan lebih tinggi dibandingkan capaian tahun 2017. Sentimen positif tahun 2018 yang akan mendorong pertumbuhan pasar modal adalah perekonomian Indonesia yang berangsur -angsur membaik.
"Tahun depan mestinya lebih baik karena ekonomi ekspektasi lebih baik. Kalau sekarang bisa naik 20% tahun depan (IHSG) bisa 25%," ujarnya Wimboh di Gedung BEI.